HARI ini aku tidak masuk sekolah. Bibirku bengkak karena ulah Nako kemarin dan lagipula badanku panas dan kepalaku pusing. Tubuhku lemas hanya untuk sekedar berangkat sekolah. Aku hanya bisa bersandar di kepala kasurku. Kemudian meraih ponsel di sisi kananku untuk menelpon Alena, memberitahu jika aku tidak masuk hari ini.
"Halo Al," kataku ketika sambungan sudah terhubung.
"Halo Loka, lo dimana? Gue udah sampe disekolah tapi lo gak ada."
"Maaf, Al. Aku gak masuk hari ini, badan aku lemes banget."
"Oh my god! Lo sakit?" aku tertawa kecil melihat kehebohan Alena di sebrang sana.
"Iya, Al."
"Oke deh, nanti aku kasi tahu sama Daniel. Lo cepet sembuh, ya. Pulang sekolah gue ke kamar lo."
"Thankyou, Al."
Sambungan telpon terputus. Aku menghela napas berat sambil mendongak menatap langit-langit kamar. Hari ini sungguh membuat hatiku lelah dan aku sedang tidak mood untuk bertemu dengan siapa pun. Baik itu Nako atau geng bully itu. Apa yang dikatakan Nako benar, jika aku tak seharusnya masuk ke Baswara karena itu mengundang penderitaan secara terus menerus untukku.
Dua jam sudah berlalu aku hanya diam sambil berbaring dikasur. Aku tak bisa tidur karena pikiranku masih tertuju pada Nako yang semakin hari semakin kasar padaku. Hingga akhirnya kepalaku menoleh pada ponselku yang bergetar. Aku lansung mengambilnya, ada pesan dari Nako. Pantas Nako mengirimku pesan karena ini sedang waktu istirahat.
Nako
Lo kenapa gak ke kantin?
Aku benar-benar bingung pada sikap Nako. Disatu sisi dia sangat kasar padaku, sementara jika aku tidak berhadapan dengannya, maka Nako akan menanyakan tentangku. Jujur, aku senang ketika diperhatikan olehnya.
Me
Aku gak masuk hari ini.
Nako
Kenapa? Takut dikatain jalang sama gue?
Mulutku menganga lebar membaca pesan Nako. Dia tidak berubah.
Me
Hm, aku lagi gak enak badan.
Setelahnya, tidak ada balasan dari Nako. Mungkin dia sibuk karena olimpiade matematika semakin dekat. Aku yakin Nako akan menguras habis tenaganya untuk mempelajari soal-soal olimpiade. Padahal tanpa belajar pun Nako sudah pasti jadi juaranya.
Merasa badanku lengket dengan keringat, aku memutuskan untuk mandi. Dua puluh menit aku berendam dan bandanku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Aku benar-benar beruntung tinggal di asrama dengan fasilitas yang luar biasa. Lengkap dengan funiture.
Satu tanganku segera mengambil handuk yang menggantung dibalik pintu, lalu melilitnya di tubuhku. Baru saja aku membuka pintu kamar mandi, mataku sudah membulat saat melihat Nako dengan hoodie hitamnya, sedang duduk disofa dengan buku yang ada ditangannya. Dia menatap ke arahku. Oh Tuhan jantungku.
Sial! Nako terus menatap ke arahku dan aku salah tingkah. Matanya tidak berkedip dan aku bisa melihat jika Nako sedang menelan ludahnya.
"Nako, kenapa disini? Bukannya udah masuk," ucapku gugup. Berusaha menenangkan jantungku.
Dengan segera Nako memalingkan tatapannya pada buku ditangannya, membuatku lekas mengambil baju ganti di lemariku.
"Lo sengaja mau godain gue?"
Pertanyaan itu membuatku menoleh pada Nako yang fokus pada bukunya. Menggoda? Darimana datangnya? Aku sedang mengambil baju bukan sedang menari dengan tubuh telanjang di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA
Teen FictionSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU LAINNYA Warning ⚠ Cerita ini mengandung adegan romance, kekerasan, kata-kata kasar, baper, bikin kalian sesak napas. Asmaraloka : Dia adalah gadis beasiswa yang beruntung memilik...