SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU LAINNYA
Warning ⚠
Cerita ini mengandung adegan romance, kekerasan, kata-kata kasar, baper, bikin kalian sesak napas.
Asmaraloka :
Dia adalah gadis beasiswa yang beruntung memilik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JJngn lpa vote dan komen ya..
...
Tepat pada pukul dua malam aku sampai di asrama sekolahku. Aku bersyukur tidak ada yang tahu jika aku kembali. Katanya mereka yang pergi ke Bandung akan pulang pagi ini. Mataku sudah terbuka lima menit yang lalu, hari ini aku ingin sekolah. Tapi, aku merasakan sesuatu yang berat menimpa perutku membuat aku lekas menoleh ke samping. Mataku sontak membulat sempurna saat melihat Nako tertidur disampingku dengan memelukku. Diwajahnya terdapat luka yang masih basah dan berdarah. Aku yakin jika Nako pasti berkelahi.
"Nako," lirihku pelan, berusaha menepuk tangannya.
"Hm?" Nako bergumam pelan tanpa membuka matanya. Di kondisi seperti inilah aku tidak bisa menjauh darinya. Dia terluka, dia pasti membutuhkanku karena setiap kali Nako terluka dia akan datang padaku. Aku melupakan segala yang terjadi antara kami.
"Kamu berantem?" tanyaku sembari melepas pelukan tangannya di pinggangku. Aku langsung beranjak dari kasur menuju laci nakas untuk mengambil kotak P3K.
"Hm." Hanya deheman yang Nako jawab, membuat aku tidak tega meninggalkannya. Saat seperti ini wajah Nako sangat damai dan tentram.
Kakiku berjalan menuju sisi sampingnya. Berusaha untuk membangunkannya. "Nako, bangun dulu aku obatin lukanya," kataku menepuk pundaknya.
"Gue ngantuk, Loka!" ucapnya seperti tidak suka aku membangunkannya.
"Tapi bangun dulu, luka kamu masih basah."
Aku tersenyum tipis saat melihat Nako bangun. Ia menarik tubuhnya untuk bersandar di kepala kasur sambil memejamkan matanya. Wajahnya sungguh lelah. Aku suka saat Nako seperti ini karena kami tidak akan bertengkar. Dia tidak akan menyakitiku jika kami berdua.
Aku lekas menuangkan alkohol untuk membersihkan lukanya. Kemudian membersihkan sisa darah di tepi lukanya. Nako tidak meringis, dia hanya memejamkan matanya.
"Siapa yang bikin kamu kayak gini?" tanyaku di sela mengobati lukanya.
"Musuh gue," jawabnya dan pikiranku langsung tertuju pada sosok bertopeng yang akhir-akhir ini sering menyerang Nako. Jujur, aku penasaran siapa orang bertopeng itu, karena dia mengenalku.
"Orang bertopeng?" tanyaku dan Nako mengangguk.
"Selain Aland dan Cristian siapa lagi yang ngedeketin lo?" Nako membuka matanya, bertanya padaku dengan tatapan tajamnya. Aku merasakan jika Nako cemburu. Karena, setiap kali dia melihatku bersama Aland atau Cristian maka Nako akan marah padaku.
Aku mengingat, tidak ada yang mendekatiku selain Aland dan Cristian. "Gak ada."
Aku mendengar Nako menghela napas kasar. Aku sudah mengobati luka Nako kemudian berjalan kembali menuju nakas, menyimpan kotak P3K.