33. ASMARALOKA

187K 20.2K 8.1K
                                    

Sebelum baca siapin komen kalian dan bintang untuk cerita ini :)

....

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Malam di Jembatan.
........

"Selamat tinggal, Nako dan selamat tinggal semua."

Ketika tubuhku siap untuk terjun ke bawah sana, tiba-tiba seseorang menarik kuat lenganku membuat aku langsung jatuh pada dekapannya. Detik selanjutnya aku langsung menjauh dari tubuhnya aku terkejut melihat Bartan di depanku.

"Lo gila?!" sentak Bartan marah. Menatapku tajam. "Seberapa besar masalah lo sampe lo harus bunuh diri?" tanyanya dan aku diam dengan kepala menunduk. Aku hanya tidak kuat menahan semuanya, itu terlalu menyakitkan untukku.

"Kalo lo pikir hidup lo hancur maka lo salah besar ada orang di luar sana yang jauh lebih hancur! Contohnya Tesa. Dia jauh lebih hancur dari lo. Masa depan dia hancur, dia di usir sama keluarganya, semua orang menganggap Tesa adalah kesialan! Sekolah ngeluarin dia karena hamil dan cowok yang ngehamilin Tesa gak mau tanggung jawab sedikitpun. Sekarang mana yang lebih hancur? Lo apa Tesa?"

Pertanyaan Bartan jelas menusuk hatiku, membuat aku semakin mengeluarkan airmata, terduduk lemas di aspal. Menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Bartan benar, ada orang yang jauh lebih hancur dariku tapi dia tetap melanjutkan hidupnya meski semesta membenci.

"Hidup itu punya banyak tujuan! Lo masih bisa sekolah, lo masih bisa ngejar cita-cita lo, lo masih bisa tunjukin ke dunia kalo lo kuat buat hadepin semua masalah yang datang! Inget Tuhan gak akan kasi cobaan melebihi kemampuan umatnya!" lanjut Bartan semakin membuatku sadar.

"A-aku salah, seharusnya aku gak kayak gini," lirihku. Terisak pelan.

"Gue emang gak tahu masalah lo apa, tapi jangan cari jalan keluar dengan bunuh diri! Itu gak akan nyelesain masalah malah nambah dosa buat lo!"

Aku mengangguk, membenarkan ucapan Bartan. Aku baru menyadari sekarang bahwa Bartan sangat peduli dan tidak seberengsek teman-temannya.

"Lo tinggal asrama kan? Buruan berdiri gue anter!"

Aku menggeleng, menolak tawaran Bartan. Aku tidak ingin kembali ke asrama karena itu mengingatkanku pada kenanangan bersama Nako.

"Terus lo mau kemana? Ini udah malem!"

Aku mendongak menatapnya yang masih memperlihatkan wajah marahnya. Sedetik kemudian aku berdiri.

"Aku gak tau mau kemana, yang jelas aku gak mau ke asrama dulu," ucapku pelan.

"Lo ikut gue! Di mobil ada Tesa, lo bisa tinggal sama Tesa dulu di kontrakannya," ujar Bartan, membuat aku menoleh ke samping, menatap mobil putih Bartan dan dari sini aku bisa melihat Tesa yang tersenyum ke arahku.

"Gapapa?" tanyaku.

"Gapapa, asal lo bisa jaga Tesa karena dia lagi hamil. Setelah gue nikahin Tesa, lo bisa tinggal di kontrakan itu kalo lo emang gak mau balik ke asrama lagi."

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang