47. ASMARALOKA

177K 19.8K 8.4K
                                    

Aku kecepatan update yaa kayaknya hehe

Prepare your heart guysss 😎

Jgn lupa banyakin komen dan vote biar aku semangat up!

...

Happy reading

Tiga hari setelah aku mendatangi apartemen Nako dengan Bartan yang membawaku, aku sudah bisa melihat Nako kembali masuk sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari setelah aku mendatangi apartemen Nako dengan Bartan yang membawaku, aku sudah bisa melihat Nako kembali masuk sekolah. Aku melihat sosok Nako yang berbeda, pria itu sering menyendiri, Nako sudah tidak mau mengikuti olimpiade apapun saat dia ditawarkan oleh Pak Agung, aku melihatnya tadi pagi bagaimana kerasnya Nako menolak mengikuti olimpiade. Bahkan aku sering mendapati Nako merokok di rooftop sekolah. Aku tahu bahwa Nako tidak pernah merokok sebelumnya, pria itu seperti ingin menghancurkan hidupnya. Wajahnya juga selalu pucat dan tidak punya gairah semangat.

Entah kenapa aku meringis melihatnya yang sekarang. Seharusnya Nako mencari Mita bukan? Karena Nako mencintai gadis itu daripada aku. Aku ingin menyapanya, tapi aku sadar bahwa Nako pantas mendapatkan itu. Dia sudah menyakitiku terlalu dalam tapi hidup Nako juga hancur.

"Lo liatin, Nako?" tanya Alena. Kami sedang berada diperpustakaan, memulangkan buku yang kami pinjam seminggu lalu. Dan tanpa sengaja aku melihat Nako duduk sendiri di sudut perpustakaan dengan satu buku yang tengah di baca.

"He'em," aku mengangguk pada Alena, kembali meletakkan buku pada rak di atas kepalaku.

"Kasian juga sih liat Nako, hidupnya hancur banget! Orang-orang juga gak mau temenan sama dia. Kalo gua gak bakal sanggup jadi Nako," ucap Alena fokus menatap Nako.

Aku membenarkan ucapan Alena. Nako begitu hancur, tidak ada satupun orang yang mau berteman dengannya sekarang, kecuali Bartan tapi Bartan sekarang sudah sibuk berlatih renang, karena yang aku dengar dua bulan lagi Bartan akan mengikuti lomba renang.

Tiba-tiba saja jantungku berdetak hebat saat Nako berdiri dan tatapannya tertuju padaku yang sedang menatapnya. Aku gelagapan dan segera memalingkan wajahku pada rak buku, dan tanganku sibuk memilih buku.

"Nako liatin lo tuh," celetuk Alena.

Aku mengangguk, perlahan melihat ke arah Nako. Lalu aku menghembus napas lega saat Nako sudah berlalu keluar dari perpustakaan.

"Al, aku ke toilet bentar, ya," ucapku membuat Alena menatap curiga padaku.

"Ke toilet apa ngikutin Nako?" tanyanya, sukses membuat aku terkekeh dan segera berlari keluar dari perpustakaan.

Aku melihat Nako berjalan ke tangga yang menghubungkan dengan rooftop dan aku mengikutinya dari belakang dengan jarak yang lumayan jauh. Sesampainya aku di pintu rooftop aku kembali melihat Nako mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. Menjepit antara jari tengah dan telunjuk, membawa rokok itu ke bibir dan satu tangannya segera menyalakan dengan pematik. Seketika itu asap dari rokok mengepul ke udara. Aku seolah-olah tidak bisa melihat Nako seperti itu. Tapi, aku sudah mengambil keputusan bahwa aku tidak akan kembali pada Nako dan aku tidak akan luluh padanya.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang