52. Koma

460 45 35
                                    


Dengan langkah lesu, Oksa kini tengah berjalan menyusuri jalanan sepi dengan tatapan kosong.

Awalnya saat ia memutuskan untuk pulang tadi, raja mengajaknya untuk pulang bersama nya. Namun lagi lagi Oksa menolak karena ia ingin mempunyai waktu untuk sendiri.

Jalanan sunyi kini menemani kesendirian nya. Dunianya kini telah hancur sehancur hancurnya. Sendiri. Kini ia sendiri. Tak ada lagi orang orang terdekat yang selalu ada untuknya seperti dulu.

Bundanya kini telah tiada, ayahnya ternyata orang yang sangat keji, Kenzo yang kini entah kemana hingga saat Oksa tengah berduka pun ia tak ada, Vriska yang ternyata hanya seorang fake friend, semua orang terdekatnya kini perlahan mulai menghilang. Sedih, kecewa, marah dan lain sebagainya kini menyatu menjadi satu.

Lagi lagi Oksa berfikir kenapa hidupnya bisa seperti ini? Di usianya yang masih menginjak 16 tahun kenapa masalah masalah berat selalu menghantuinya? Apakah ia tak pantas untuk hidup bahagia?.

Setetes air mata kini mengalir begitu saja dari pipinya. Entah ini air mata keberapa yang ia keluarkan hari ini. Saat ini ia sangat butuh sekali seseorang untuk ia ajak bercerita, menyalurkan rasa sedih nya, memberikannya aura positif dan hal hal yang membuatnya kembali bersemangat untuk hidup. Namun apa? Sekarang tak seorang pun dari mereka ada di sisinya.

Langit. Ia rindu langitnya yang dulu, ia rindu langitnya yang selalu ada untuknya.

Oksa terus berjalan hingga ia tak menyadari kini ia tengah berada di mana. Cuaca siang ini tiba tiba saja berubah menjadi gelap alias mendung. Langit saja kini mengetahui keadaannya.

Oksa berhenti melangkah, dan ia pun duduk di sebuah halte bus yang mungkin sudah jarang ada orang yang menunggu bus di sana.

Oksa menarik napasnya lalu membuangnya dengan perlahan setelahnya ia pun menunduk dan lagi lagi air matanya terus mengalir. Hari ini adalah hari terburuk yang pernah ia lalui selama hidupnya. Namun ia pun tak tahu apakah hari hari selanjutnya akan ada suatu kejutan yang lebih buruk dari ini? Hanya Tuhan lah yang tahu. Dan Oksa hanya bisa mengikuti alurnya seperti apa.

Satu tetes air kini mulai turun dari langit untuk membasahi bumi. Suasana ini membuat hati Oksa merasa tenang. Sunyi, dan hanya ada suara rintik hujan yang membuatnya mengingat seseorang. Seseorang yang dari dulu selalu menjadi candunya, seseorang yang menjadi alasannya untuk tetap hidup dan pantang menyerah walaupun beribu masalah tengah menerjangnya, seseorang yang bahkan kini mematahkan hatinya secara perlahan.

Bodoh. Mungkin kata itu cocok untuknya, mencintai seseorang yang hanya menganggapnya tak lebih dari teman itu adalah sesuatu yang sangat bodoh.

Oksa tersenyum pahit mengenang masa kecilnya yang begitu indah. Ia tak sanggup lagi menahan kekesalan nya atas takdir. Kenapa, hidupnya kini tak seindah hidupnya dulu? Kenapa hidupnya kini di penuhi oleh tetesan air mata, bukan dengan dengan indahnya gelak tawa? Kenapa?. Oksa marah. Dan ia berteriak kepada semesta dan sang pencipta.

"Aaaaaaaaa!" Teriakan penuh arti itu tenggelam oleh derasnya hujan.

Karena ia tengah prustasi, ia pun memutuskan untuk turun dari halte menuju jalan raya yang sepi. Bermain main bersama hujan. Ternyata temannya saat ini hanyalah hujan. Karena hanya ia yang selalu menemaninya, menangis bersama dikala ia tengah dalam keadaan kacau.

Oksa terpuruk, pikirannya kacau dan ia menengadahkan kepalanya ke atas agar tetesan dari derasnya hujan menetes langsung ke wajahnya.

"Tuhan, kenapa skenario mu sungguh membuatku seperti ini? Apa oksa gak di takdirkan bahagia selama hidup oksa? Oksa capek!" Teriak Oksa.

"Oksa muak dengan hidup oksa! Jika engkau ingin Oksa kembali, tolong ambil lah Oksa saat ini juga! Oksa capek, Oksa ingin tenang! Percuma Oksa hidup di dunia juga tuhan kalau gak ada lagi orang yang peduli sama Oksa!" Teriak Oksa lagi. Di sini oksa benar benar meluapkan segala kesedihan, amarah dan kekesalannya pada hidupnya ini.

Me and you [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang