Tgl pubh:_12-11-2020_
Re-pubh:_01-11-2021
12:00
Typo bertebaran!!
Terdapat kata-kata kasar, harap bijak dalam membaca!👻•
•
•
•・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
Disebuah ruangan sempit, kuno, dan nampak tidak terawat itu terbaringlah seorang gadis kumuh yang tengah diperiksa oleh seorang tabib dan ada juga seorang dayang setia dari gadis yang tengah terbaring itu.
"Bagaimana tabib?" tanya gadis yang bernama Xia Mei dengan raut wajah cemas.
Denyut nadi melemah disertai wajah pucat kering milik gadis yang diperiksanya itu membuat tabib hanya bisa menghembuskan nafas pasrah.
"Hidupnya tidak akan lama lagi, nona. Kita hanya menunggu waktu saja sampai dewi kematian menjemputnya," ucap tabib itu merasa bersalah membuat dayang Xia Mei membeku dengan wajah pucat.
"Hanya perlu menunggu katamu?" Ulang gadis itu dengan raut wajah nanar, kemudian melanjutkan, "kita masih diberi waktu, kumohon gunakanlah waktu sedikit ini untuk menyelamatkan putri." Pintanya sembari menangkupkan tangan didepan dada, wajahnya benar-benar putus asa dan tidak berdaya.
Tabib itu menggeleng pelan membuat tangan gadis itu lunglai, lalu ia berucap dengan suara pelan dan sopan. "Tabib ini hanya memiliki kemampuan sebatas ini, sisanya kita serahkan pada takdir."
Saat itu juga tangis dayang Xia Mei pecah di udara, lalu ia bersujud dengan penuh permohonan sembari terisak pilu.
"Tabib tolong periksa sekali lagi ... Mungkin saja kau salah, putri pasti bisa disembuhkan ...." isaknya dengan sangat kencang.
"Maaf kan tabib ini, nona pelayan."
Dayang Xia Mei semakin menangis histeris, ia bangkit dari sujudnya lalu mengguncang tubuh junjungannya berkali-kali dengan tangan yang gemetar. Ia berharap junjungannya akan terbangun dari mimpi panjangnya dan bisa tersenyum lagi seperti biasa namun tangannya yang bersentuhan dengan kulit junjungannya itu mulai merasakan suhu yang teramat dingin, membuatnya terhenti.
"Tabib, ada apa ini? Kenapa putri mendingin?" tanya dayang Xia Mei dengan suara lirih kemudian tangannya terangkat pelan kearah bawah hidung junjungannya. Dan ...
Tidak ada.
"Sepertinya dewi kematian sudah menjemputnya." gumam tabib itu yang dapat didengar oleh gadis yang terisak itu.
Tangis dayang Xia Mei semakin pecah, ia tidak mampu mengutarakan betapa sakit dirinya saat ini. Junjungannya, orang yang paling berharga dalam hidupnya kini telah pergi dan tidak mungkin bisa kembali. Ternyata garis takdir begitu kejam, dayang Xia Mei ingin sekali mengutuk dewi kematian yang sudah berani mengambil junjungannya tetapi ia tidak berdaya dan hanya bisa tenggelam dalam kesedihan.
Tabib tua itu hanya bisa turut prihatin atas kematian gadis malang itu. Tidak berselang lama, ia keluar dari ruangan lalu melambaikan tangan kepada salah satu prajurit yang kebetulan lewat. Saat prajurit itu sudah ada di hadapannya, ia membisikkan sesuatu yang mampu membuat prajurit itu terkejut.
"Katakan kepada Yang Mulia kaisar bahwa putri ketiga telah dijemput dewi kematian."
****
10 menit kemudian.
Brak
Terdengar pintu kayu yang dibanting kasar membuat tangisan dayang Xia Mei terhenti, ketika melihat siapa yang datang ia langsung berdiri dan segera membungkuk hormat.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙏𝙞𝙢𝙚 𝙏𝙧𝙖𝙫𝙚𝙡 : 𝙤𝙛 𝙖 𝘾𝙤𝙡𝙙-𝙃𝙚𝙖𝙧𝙩𝙚𝙙 𝙒𝙤𝙢𝙖𝙣
Fantasy▶KYRA MARSHELYNA. Seorang jenderal berdarah dingin yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk misi-tanpa belas kasih, tanpa ragu. Ia bukan hanya prajurit terbaik negaranya, tapi juga senjata hidup yang siap menghabisi siapa pun yang menjadi ancaman. De...