22-jun-2023***
Semenjak Mingmei melarikan diri dari cengkeraman pria seperti algojo itu, ia menginap di salah satu rumah penduduk kerajaan Wei. Tempat terpencil yang berada di perbatasan wilayah kekaisaran Qiang dengan kekaisaran Wei. Masyarakat kerajaan Wei begitu ramah dan terbuka, suasananya juga damai dan tentram.
Pagi hari menjelang matahari terbit, Mingmei tengah termenung memikirkan bagaimana nasib junjungannya di hutan Terlarang. Sudah satu malam ia tidak mengetahui kabar junjungannya, apakah junjungannya itu sudah pulang? Atau mungkin junjungannya itu masih berada di hutan Terlarang? Mingmei menggigit jemarinya guna meminimalisir rasa kekhawatiran dibenaknya.
Mingmei harap ketika junjungannya itu mengetahui dia tidak ada di gubuk tua itu, junjungannya langsung pulang ke istana.
'Tapi, tidak ada orang yang bisa keluar setelah memasuki hutan Terlarang.' Mingmei menjambak rambutnya frustasi. Matanya berkantung dengan tatapan sayu menatap kearah jendela, ia menepuk-nepuk kepalanya dengan kepalan tangan. Pikirannya seperti benang kusut.
Melihat ada bayangan yang mendekat dari arah pintu, Mingmei langsung berubah menjadi pribadi yang tenang.
"Nak, apa kau sudah merasa mendingan?" Tanya wanita paruh baya yang sudah menolongnya waktu itu. Ia berjalan kearah Mingmei dengan senyum kecil.
"Iya nyonya, terima kasih. Maaf sudah merepotkan kalian," ucap Mingmei dengan lembut. Kekehan kecil menyapa indra pendengarannya.
"Tidak merepotkan, malah kami senang bisa menolongmu." Ia duduk di samping Mingmei. "Jangan terlalu dipikirkan kejadian lalu, wilayah itu memang berbahaya jika berjalan seorang diri apalagi untuk gadis seperti dirimu."
Wanita itu menatap pakaian Mingmei yang lumayan mewah meskipun sudah kotor terkena lumpur. "Lain kali, harus ada pengawalan. Dilihat dari penampilanmu, sepertinya kau bukan gadis biasa, apa kau anak salah satu pejabat?"
Mingmei terkejut sejenak. "Ah, tidak nyonya, tidak ada yang istimewa, saya hanya gadis biasa." Mingmei tidak akan membiarkan siapapun menggorek informasi darinya barang sedikitpun.
"Teman saya pasti sudah menunggu, saya harus segera pulang." Mingmei segera berdiri begitupun wanita berhanfu biru itu. Tidak ada gunanya Mingmei terus berdiam diri di sini, ia harus memastikan keadaan junjungannya itu.
Jika Mingmei pulang ke kerajaan tetapi ia tidak menemukan junjungannya disana ia akan melapor kepada kaisar supaya kaisar melakukan pencarian, hanya itu satu-satunya cara.
"Pulanglah, nak. Tapi berhati-hati lah, anak pertama ku akan mengantarmu sampai perbatasan."
Mingmei mengangguk seraya tersenyum hangat.
Mereka keluar dari gubuk tua itu dan Mingmei berpamitan untuk pulang kepada warga yang ada disana, tidak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada mereka sebelum Mingmei dan anak dari wanita paru baya itu mengantarnya pulang.
***
Kyra mengerjabkan matanya beberapa kali seraya mengangkat tangan guna menghalau sinar matahari yang sangat menyilaukan diatas kepalanya, lalu memandang sekeliling.
"Ini ... Aku hidup lagi?"
Gumam Kyra seraya mengkerut bingung. Tempat yang Kyra pijak ini sangat tidak asing, ini tempat pelatihan militer saat di dunia modern, lapangannya masih sangat luas dipenuhi rerumputan kecil dan batu kerikil.
Kenapa Kyra bisa disini?
Apa yang terjadi?
Kyra menunduk menatap baju Jendral yang ia pakai, rambutnya, sepatunya, dan semua penampilannya persis seperti terakhir kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙏𝙞𝙢𝙚 𝙏𝙧𝙖𝙫𝙚𝙡 : 𝙤𝙛 𝙖 𝘾𝙤𝙡𝙙-𝙃𝙚𝙖𝙧𝙩𝙚𝙙 𝙒𝙤𝙢𝙖𝙣
Fantasía▶KYRA MARSHELYNA. Sosok yang mengabadikan dirinya untuk menjadi seorang Jenderal di negaranya, hidup demi misi, dan menjadi senjata mematikan yang siap untuk membunuh. Sifatnya dingin dan kejam, hatinya sekeras baja dan tatapan matanya mampu menusu...