Tgl: publish: 11-12-2020 : 21;08
Re-publish: 08-11-2021🌹🌹🌹
"Aku belajar tersenyum sebelum bicara. Karena dalam istana, senyum adalah senjata yang paling tak bisa ditebak arahnya."
_Lan Shi_
🌹🌹🌹🌹
༺ღ༒ ༒ღ༻
***
Dikediaman Bulan
“Salam, Permaisuri. Yang Mulia tidak ingin diganggu, beliau sedang sibuk,” ucap salah satu dayang sambil menunduk dalam di hadapan Permaisuri Liu Mei.
Mendengar laporan itu, wajah Permaisuri Liu Mei mengeras. Amarah membuncah di dadanya, tapi apa yang bisa ia lakukan? Kaisar tak pernah datang mengunjunginya. Kata ‘sibuk’ selalu jadi alasan. Alasan yang lama-lama membuatnya muak.
Namun, hari ini murkanya tak bisa dibendung.
"Panggil Putri Lan Shi ke sini. Sekarang juga." Suaranya tajam, dingin, dan penuh tekanan. Dayang itu langsung membungkuk dan berlari kecil melaksanakan perintah.
Tak lama kemudian, datanglah Putri Lan Shi dalam balutan pakaian mewah dan riasan tebal yang membuatnya tampak seperti boneka porselen mahal.
"Hormat permaisuri semoga hidup 2000 tahun lagi, ada apa ibunda kenapa memanggil saya?" kata putri Lan shi to the point, membungkuk sedikit lalu berjalan menuju kursi mewah yang ada disamping permaisuri.
Ruangan itu sunyi. Semua dayang telah disuruh keluar sejak sebelum Lan Shi tiba.
"Putriku ... Ibumu ini sedang sangat marah—"
"Kenapa lagi, Ibunda? Ayahanda, ya?" sela gadis itu cepat sembari bangkit dari duduknya. "Sudah berapa kali, Ibunda? Jangan biarkan ayahanda mengacaukan hati kita. Aku tidak peduli lagi dan Ibunda pun tak seharusnya peduli!"
Meski begitu, nada suaranya menyimpan kepedihan lama yang tak bisa hilang. Dulu, ia juga merasa kecewa perihal kenapa Kaisar yang katanya mencintai Ibunya malah tak pernah menginjakkan kaki ke kediaman Bulan? Tapi sekarang, putri Lan Shi sudah cukup puas. Harta, status, dan pengaruh ada di tangan dirinya dan ibunya. Yang penting mereka punya segalanya, bukan?
Tapi melihat ibunya frustasi seperti ini, ia kembali gusar dan ketika sang permaisuri tersenyum miring, ia tahu ibunya sedang menyusun rencana baru.
“Dengan menyiksa tikus kecil itu, Ibumu ini akan sedikit merasa tenang,” bisik permaisuri Liu Mei sembari membelai rambut anaknya dengan lembut—kontras dengan kata-kata yang baru saja meluncur.
Putri Lan Shi seketika berseri. Sudah lama mereka tidak menyentuh Putri Azkia semenjak 'sang lemah' itu bangkit dari kematiannya.
“Benar juga ... Sudah lama sekali. Aku rindu melihat wajah menderita dan tangisannya,” ucap putri Lan Shi penuh semangat, senyumnya membentang licik.
“Ini saat yang tepat. Kita cambuk saja sampai dia mati sekalian.” Permaisuri terkekeh dengan suara menyeramkan.
Namun begitu mendengar kata ‘cambuk’, putri Lan Shi menegang. Matanya menyipit, lalu ia beringsut sedikit menjauh.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙏𝙞𝙢𝙚 𝙏𝙧𝙖𝙫𝙚𝙡 : 𝙤𝙛 𝙖 𝘾𝙤𝙡𝙙-𝙃𝙚𝙖𝙧𝙩𝙚𝙙 𝙒𝙤𝙢𝙖𝙣
Fantasia▶KYRA MARSHELYNA. Seorang jenderal berdarah dingin yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk misi-tanpa belas kasih, tanpa ragu. Ia bukan hanya prajurit terbaik negaranya, tapi juga senjata hidup yang siap menghabisi siapa pun yang menjadi ancaman. De...