CHAPTER 21

48 17 6
                                    


Mentari pagi terlihat malu-malu menampakkan dirinya dibalik pepohonan pinus yang lebat di ujung timur, tidak sekalipun ia mencoba untuk menyembul lebih tinggi dan membangunkan anak gadis yang masih bergulung di selimutnya yang berbahan bulu tebal. Menghangatkan sampai-sampai ia tak menanggapi panggilan seseorang dari balik jendela kamarnya.

Tuk tuk tuk! Ketukan pelan di jendela itu bahkan tak membuat Si gadis membuka matanya. Ia benar-benar terjebak dalam alam mimpinya. Sedangkan seseorang yang masih berusaha membangunkannya tak kehabisan akal. Kini, ia mengambil sebuah benda pipih yang cukup keras untuk membantunya membuka jendela itu dengan paksa. Meski membutuhkan banyak waktu untuk ia bisa membukanya, namun akhirnya ia berhasil dengan kini kepalanya sudah menyembul ke dalam dan bersiap mengejutkan Si tuan putri.

"Jendeuki! Apa kau tak ingin bangun??" suaranya cukup melengking untuk ukuran gadis seusianya. Tak hanya mengusiknya dengan suaranya, ia juga memainkan selimut super tebal itu dan berhasil membangunkan Jendeuki.

"Kau bangun!" soraknya dengan gembira. Namun tidak untuk Jendeuki yang sudah dikecewakan oleh seorang Jichu. Ia tak menjawab sapaan pagi Jichu dan kembali menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut.

"Ada apa?" taya Jichu yang merasa ada yang aneh dengan Jendeuki-nya.

"Pergi! Aku tak mau diganggu!" jawabnya dari balik selimut, namun masih bisa terdengar jelas di telinga Jichu. Gadis itu benar-benar bingung dengan sikap Jendeuki hari ini. apa ada sesuatu yang menyinggungnya. Ia benar-benar tak mengerti.

Akhirnya, ia putuskan untuk pergi karena sudah taka da harapan lagi jika Jendeuki sudah marah, ia hanya perlu membiarkan Jendeuki sendiri.

Langkahnya terus membawanya menjauhi rumah bertingkat dan mewah itu, rumah yang sudah beberapa lama ini ia anggap sebagai rumahnya meskipun ia hanya bisa berkunjung di halaman belakang-! Ah, halaman belakang! Setidaknya, ia akan melihat sedikit halaman belakang rumah Jendeuk-

Jichu benar-benar dibuat terpaku dengan apa yang ia lihat saat ini. sebuah tenda dengan berbagai bungkusan kado di dalamnya dan roti dengan satu lilin di tengahnya yang sudah meleleh sepenuhnya karena tak dipadamkan sejak beberapa waktu yang lalu. Atensinya pun tertuju pada sebuah kartu ucapan yang terselip di bawah nampan berisi kue tersebut.

[Selamat ulang tahun Jichu-ku!!!]

Deg!

Perlahan, sepasang kelopak mata itu terbuka karena silau cahaya yang membuatnya tak bisa terbuka sepenuhnya.

Aku? Di kamar?

Pertanyaannya yang membuatnya bingung untuk beberapa saat. Seingatnya, semalam ia masih berada di halted an bertemu dengan dua orang dari tempat pinjaman uang milik Taek Il, dua orang yang membuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak setiap malam dan kini ia berada di kamarnya? Apa ia melupakan sesuatu?

Jisoo sedikit menggeliat, mimpinya semalam cukup membuat matanya bengkak hari ini, masih bisa ia rasakan matanya terasa panas dan berat. Apalagi suaranya yang terdengar parau dan-tunggu! Suara apa itu?

Seseorang ada di rumahnya saat ini? Tapi siapa? Pertanyaan ketiga setelah dua pertanyaan sebelumnya belum terjawab olehnya.

Belum sempat ia beranjak dari tempat tidurnya, sebuah kepala menyembul dari balik pintu yang berhasil mengejutkannya. Apalagi ... dengan shirtless yang membuat Jisoo tak bisa menyimpulkan sesuatu dengan benar.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Jisoo langsug melompat dari tempat tidurnya dan memeriksa apakah pakaiannya baik-baik saja. Sementara Hanbin hanya melongo melihat reaksinya. Sepertinya ia belum sadar dengan situasi saat ini, bahkan setelah Jisoo menutupi dadanya dengan tangan menyilang.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang