Pemandangan malam di tepi sungai Han menjadi background para lakon cerita hari ini. Mereka yang menghabiskan waktu dengan seharian bermain, belajar meski ini hampir menuju musim liburan. Mereka yang patah hati, mereka yang baru saja mendeklarasikan perasaan mereka dan masih banyak lagi para lakon cerita hari ini. Termasuk dua orang yang saling menjaga jarak hingga salah satu diantara mereka menghentikan langkahnya.
"Apa yang kau inginkan dariku?" pertanyaan itu keluar dari mulut Bobby. Sementara Jennie yang berada di belakang reflek menghentikan langkahnya karena ia ketahuan barusaja mengikuti Bobby,
"Kau mau mencoba menguntitku?" tanya Bobby lagi, kali ini laki-laki itu berbalik dan mendapati Jennie berdiri satu meter di belakangnya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Bobby.
"A-aku ... tidak ada," jawab Jennie.
"Lalu kenapa kau mengikutiku?" mungkin tidak akan terasa aneh jika sudah berada di sini karena banyak orang berllu lalang. Namun Bobby merasakan ada yang mengikutinya sejak ia keluar dari toserba.
Dan ternyata Jennie mengikutinya diam-diam.
"Ah, aku ketahuan mengikutinya," gumamnya. Betapa bodohnya ia yang tak pandai menguntit.
"Jika kau ingin melakukannya, kau harus melakukannya dengan benar. Bagaimana bisa seseorang yang ingin menguntit terlihat begitu mencolok?" ucapan Bobby membuat Jennie kebingungan. Apa yang mencolok darinya? Seingatnya, ia tak pernah memiliki pakaian dengan warna mencolok-
"Ah! Ini...." ia lupa melepas rompi kerjanya, dengan warna hijau terang seperti itu, di manapun ia berada, tetaplah mencolok, apalagi jika ia tengah melakukan aksi menguntit seseorang seperti ini. Ia merutuki dirinya sendiri yang sangat payah.
Melihat tingkah Jennie yang absurd itu tanpa sadar membuat Bobby terkekeh dibalik maskernya.
$$$$
~Ketahuilah, suatu saat sebuah kecurangan akan mendapatkan ganjarannya. Mungkin saat ini tak ada yang salah dengan kecurangan itu karena semua keberuntungan berpihak padanya. Hanya menikmatinya dan mengikuti alurnya, merasakan bagaimana wahana Roller Coaster itu membawa mereka melintasi landasan dengan perasaan yang tak bisa dibayangkan. Hingga perjalanan itu sampai pada muaranya.~
-Jisoo-
"Jadi ... kau adalah seorang penulis?" tanya Hanbin sesaat setelah ia selesai membaca naskah Jisoo yang awalnya tak sengaja ia temukan di rak buku milik Jisoo dan pada akhirnya gadis itu membiarkan Hanbin membacanya. Toh ia tak bisa melawan dengan kondisinya saat ini. mau sampai kapan ia akan menyembunyikan tulisannya? Pikirnya dalam hati.
Setiap kata yang tertuang dalam buku itu membuat Hanbin hanyut dalam ceritanya. Tentang Si gadis miskin dan Si gadis bangsawan yang berhasil menjalin persahabatan mereka meski perbedaan kasta keduanya. Melewati hari-hari dengan penuh potret dan cerita. Apa yang tertuang di dalam lembaran terasa begitu nyata seolah-olah hal itu benar-benar terjadi.
"Aku ingin menjadi seorang penulis, tapi bahkan aku tak bisa mengejar karirku," jawab Jisoo. Dengan tatapan matanya yang memandang jauh kedepan, seolah ia ingin menembus cakrawala dan mematahkan prasangka tentang senja hari yang selalu berdusta. Tapi, ini terlalu indah untuk ia cela.
"Aku menuliskannya selembar demi selembar, dengan tangan dan bolpoin yang sudah kuhabiskan entah berapa. Tapi, pada akirnya aku ditendang begitu saja tanpa kesempatan untuk aku memperbaikinya. Benar-benar menyedihkan," Jisoo tertunduk saat mengingat hari di mana ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada harapan satu-satunya untuk mewujudkan mimpinya. Ia tak bisa memutar waktu untuk kembali ke saat itu, memperbaiki sikapnya dan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUMP (Completed)
FanfictionKetulusan hati yang dipermainkan membuat mereka tak percaya lagi pada apapun yang tak bisa mereka lihat dengan pasti. - Jisoo dan permasalahan hidupnya, ia harus melakukan banyak hal untuk tetap bertahan dan mewujudkan impiannya menjadi seorang pen...