CHAPTER 2

133 30 0
                                    


Bahkan jika badai besar terjadi hari ini, ia tak akan merasa panik. Bersama dengan kasurnya sepanjang hari akan membawanya ke alam mimpi yang mungkin saja ia bisa menjadi apapun yang ia mau tanpa harus banyak tuntunan ini-itu, keluhan ini-itu dan banyak hal yang harus ia lakukan untuk bisa bertahan hidup. Setidaknya untuk satu hari ini, ia ingin menikmati waktunya. Hanya dengan kasur dan selimut tebalnya dan mimpi yang sudah menunggunya dengan gerbang terbuka-

"Jisoo-ssi!! Jisoo-ssi!! Kau ada didalam??" panggilan itu sudah melenyapkan semuanya, tergantikan oleh wajah kusutnya karena kesal. Siapa yang memanggilnya pagi-pagi begini?

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 waktu setempat dan tirai jendela kamarnya masih tertutup rapat. Semuanya berantakan dan bekas cup ramen masih tergeletak diatas meja begitu saja bersama bungkus makanan lain yang tidak pada tempatnya. Bayangkan saja bagaimana bisa bungkus snack ada di wastafel kamar mandi???

"Ya? Siapa?" tanyanya setengah menguap, begitu ia membuka pintu, dengan konyolnya ia masih membuka mulutnya.

"Oh? Kau baru bangun? Maaf sudah mengganggu tidurmu, tapi aku harus memberikan ini untukmu," Ajhumma, induk semang kompleks perumahan yang baru saja memberikan sebuah surat untuknya, itu seperti ....

"Tagihan-ah! Ne, saya ingat tentang tagihan ini, tapi saya tidak tahu akan secepat ini?" bahkan Jisoo baru saja membayar tagihan untuk bulan lalu. Di sana tertulis tanggal jatuh tempo adalah seminggu lagi terhitung dari sekarang-

"Minggu depan?! I-ini...." ia tergagap membaca rangkaian huruf yang mengejutkannya tersebut.

"Ah... itu... Sebenarnya, aku sedang membutuhkan biaya yang cukup besar. Aku minta maaf sekali Jisoo-ssi. Ibuku membutuhkan banyak biaya untuk operasi kankernya minggu ini, jadi....aku tak punya pilhan lain." ya, dan Jisoo tak bisa mengelak tentang alasan itu.

Lalu bagaimana dengan nasibku yang barusaja dipecat Ajhumma? Meskipun aku juga tak bisa menyalahkan keadaanmu, tapi-!

Jisoo hanya bisa menghela nafas panjang. Hari yang buruk benar-benar sudah menantinya. Jisoo hanya bisa pasrah, ia tak punya apapun yang bisa digunakan untuk melawan.

"Oh! Dan lagi, ada penghuni baru di bawah rumahmu. Aku harap kalian bisa saling bertetangga, sekali lagi, maafkan aku Jisoo-ssi,"

Pertahanannya roboh sudah. Bagaimana ia akan membayar tagihan rumah? Dan lagi, uang pesangon yang harusnya ia terima belum dibayarkan juga. Dan, masih banyak lagi tagihan lain yang harus ia bayarkan, kepalanya serasa mau pecah saat ini.

"Argghh!!!! Apa yang harus aku lakukan?!"

&&&&

"Mwo?!!! Kau dipecat?! Bagaimana bisa?! Dan sekarang, bagaimana nasibmu??" bahkan reaksi Jennie seheboh itu. Jisoo hanya bisa menghela nafas dan mungkin itu yang akan ia lakukan sepanjang hari ini saat orang-orang tahu jika dirinya baru saja dipecat.

"Wah!! Memang dari awal aku sudah menduga jika perusahaan itu tidak akan mudah. Melihatmu lolos wawancara saja hampir membuat jantungku copot! Siapa yang tak mengenal CEO killer itu? Siapa namanya? Thomas Lee? Kenapa namanya tidak diganti Tomato Lee saja? Sepertinya itu lebih cocok," dua wanita yang jika bertemu akan terjadi pembicaraan yang luar biasa, satu keistimewaan yang hanya dimiliki oleh wanita. Bergosip.

"Dia memang maniak tomat, kau akan menemukan banyak sekali tomat di kulkasnya, mulai dari tomat ceri hingga tomat besar yang sangat kau benci," Jisoo menyambung, ia mencomot kimbab milik Jennie dan memakannya dengan lahap, "Ini bukan kimbab kadaluwarsa?" tanya Jisoo. Lidahnya benar-benar sudah peka dengan masa produk yang ia makan.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang