CHAPTER 45

34 14 4
                                    


Kegalauan seorang Hanbin di pagi hari, dengan kantung mata sempurna yang membuatnya terlihat sangat buruk. Semalam ia benar-benar tak bisa memejamkan matanya dan berakhir berguling-guling tak jelas di tempat tidurnya atau mondar-mandir tak jelas hingga membuat cicak yang memerhatikannya dari celah jendela merasa kebingungan. 'Ada apa dengan manusia itu?' mungkin seperti itulah kira-kira pertanyaannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 dan Hanbin masih belum bisa memejamkan matanya barang sedetik saja. Perasaan menyesal yang terlalu besar membuatnya tak bisa mengarungi mimpi indahnya. Semuanya gagal total! Sebuah kotak beludru warna hitam sudah dalam genggamannya tatkala ia dan Jisoo berada di puncak Namsan Tower semalam. Namun entah bagaimana bisa nyalinya bahkan tak sampai sebesar kepalan tangan untuk memberikannya kepada Jisoo. Hanya helaan napas dan sebuah alibi bahwa ia tak membawa gembok dan kuncinya untu menuliskan nama mereka dan menyematkannya pada dinding kawat itu.

Bahkan ini lebih berharga dari sebuah gembok! Tapi kenapa dia bodoh sekali?! Tak cukup sampai di sana saja. Jiwa pengecutnya –untuk kali kedua muncul lagi saat mereka sampai di anak tangga. Sepanjang perjalanan ia telah menyiapkan mental dan keyakinannya untuk mengatakannya dan memberikannya kepada Jisoo, namun yang ada hanya angin lalu yang mengilang begitu cepat. Menyebabkan suasana menjadi sangat tidak nyaman dan Hanbin harus menelan kekecewaan yang teramat mengganjal di ulu hatinya.

"Kenapa kau bodoh sekali Kim Hanbin!" Ia terus menyalahkan dirinya yang tak bisa melakukannya dengan baik. Memangnya ada apa di dalam kotak hitam beludru itu?

Ternyata, sepasang cincin emas dan sebuah kalung berbandul 'J' terlihat begitu indah. Meski desainnya terlalu sederhana, namun tetap menawan dalam pandangan. Apakah ... Hanbin berniat melamar Jisoo?!

"Arrgh!! Kau benar-benar payah! Bagaimana bisa kau mengacaukan rencanamu sendiri?!" Rambutnya semakin tak berbentuk saat ia mengacaknya dengan kasar. Sekali lagi, helaan napas berat itu ia keluarkan dengan susah payah. Rencananya, benar-benar gagal.

$$$$

Sementara itu, di lantai atas, Jisoo bangun pagi dengan bugar dan ia sudah siap dengan sarapan yang selalu menggugah selera. Cukup untuk dua porsi sebelum ia meraih ponselnya dan menelepon seseorang.

"Cepat naik, sarapan sudah siap!" ujar Jisoo yang sukses membuat Hanbin meringis. Keadaannya sedang tidak dalam kondisi yang bagus.

"Kau sakit? Kenapa suaramu seperti itu?" tanya Jisoo yang merasa aneh dengan Hanbin pagi ini. Padahal semalam mereka terlihat baik-baik saja,

"Ah, tunggu sebentar, sepuluh menit lagi aku naik," jawaban Hanbin yang terdengar membosankan.

"Ada apa dengannya?" Tapi perempuan itu tidak terlalu memerdulikannya, mood-nya masih terlalu baik sejak semalam. Tapi sepertinya, Hanbin adalah orang yang berhasil menghancurkan mood-nya sekarang. Ia tiba dengan kantung mata mengerikannya dan beberapa kali menguap –membuat Jisoo menaikkan sebelah alisnya heran.

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Jisoo, kedua lengannya ia lipat di depan dada.

Hanbin tak tahu harus menjawab bagaimana, sangat sangsi jika mengatakan yang sebenarnya –penyebab ia tak bisa memejamkan mata semalaman dan akan seperti apa wajah Jisoo jika mengetahuinya? Semua pikiran itu kiini menghantuinya. Jadi, ia menjawab seadanya.

"Aku membuat lagu semalaman," jawab Hanbin. Sepertinya, perlahan Jisoo mulai memahaminya. Pekerjaan yang tak mengenal waktu dan tempat, adalah pekerjaan seperti Hanbin –dan juga dirinya. Ia bisa merasakannya.

Jisoo tak menjawab, melainkan berbalik dan meninggalkan Hanbin dengan segala kelegaan hatinya. Ia aman hari ini. Jadi, yang dilakukannya adalah mengekor Jisoo untuk mendapat semangkuk nasi dengan segala lauk yang sayang untuk ia lewatkan.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang