CHAPTER 38

48 16 5
                                    

Pertandingan terus berlanjut hingga mereka saling berebut skor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertandingan terus berlanjut hingga mereka saling berebut skor. Tak hanya itu, suasana juga menjadi semakin memanas saat mendekati babak terakhir, salah satu tim atau bahkan keduanya hanya perlu menambah satu strike untuk mendapatkan skor tertinggi. Dan kini giliran Jisoo untuk melakukannya.

"Yui-ssi," panggil Jisoo. "Apa kau tahu kenapa aku mengajakmu untuk bermain bowling ini?" tanyanya sebelum ia melemparkan bola itu dengan asal-asalan, bahkan ia tak memerhatikan bagaimana bola itu menggelinding. Tatapannya tertuju pada Yui yang kini menatapnya.

Sementara di belakang, dua laki-laki yang juga saling beradu tatapan seolah memberikn sinyal terkuat mereka untuk menunjukkan siapa yang bisa bertahan sampai akhir. Percayalah ini bukan pertarungan, tapi kenapa mereka terlihat sangat tegang?

"Ada banyak hal yang bisa kau lakukan untuk mengutuk seseorang di dunia ini, Bung!" ujar Hanbin dari balik masker hitamnya.

Tak! Hanya satu pin yang berhasil ditumbangkan, sementara sisanya masih berdiri kokoh seolah tengah mengejek Jisoo saat ini.

"Karena aku ingin mengalahkanmu dan mengatakan padamu bahwa ternyata seseorang yang terlihat sempurna dengan segala keunggulannya dikalahkan oleh seorang gelandangan," ujar Jisoo kepada Yui.

"Aku akan dengan senang hati menerimanya jika kau mau merekam semua umpatanmu dan membiarkan aku mendengarnya dengan sebuah melodi," ujar Hanbin.

Tatapan mereka yang saling mengancam benar-benar menarik. Apalagi saat Jisoo memberikan satu kedipan matanya untuk Yui sebelum ia mengajak Hanbin untuk segera pergi dari sana.

"Tenang saja, semuanya sudah aku bayar karena aku kalah skor darimu, Bung. Termasuk cemilannya!" Hanbin juga melakukan hal yang sama dengan Jisoo, mengedipkan matanya kepada laki-laki yang masih setia menatapnya dengan tajam.

"Sampai jumpa lagi!" Sebuah salam perpisahan dari Jisoo untuk Yui. Keduanya tertawa disepanjang langkah mereka, meskipun Jisoo mengacaukan kencan pertama mereka, tapi setidaknya ia mereka mengalami hari yang cukup berkesan untuk dikenang.

"Sebenarnya apa yang kau rencanakan?" tanya Hanbin.

"Kau tahu jika membalas dendam dengan hal yang sama benar-benar membosankan bukan? Kau hanya akan merasakan kepuasan sesaat dan setelah itu-"

"Nothing, kau benar-benar licik." Hanbin yang kelewat gemas tak bisa menahan tangannya untuk mengacak rambut Jisoo dan membuat kekasihnya itu mendelik kesal. Ia sudah berusaha menata rambutnya hari ini dan Hanbin mengacaukannya begitu saja.

"Yak!" Titik sensitif seorang perempuan adalah ketika seseorang merusak apa yang sudah mereka persiapkan dengan baik, termasuk rambut. Jadi, sebaiknya tidak bermain-main dengan hal itu.

~Tidak harus menginginkan cermin besar dan mewah untuk membuat pantulan dirimu terlihat memesona, bahkan jika kau membawa gaun termahalmu untuk membuatmu terlihat seperti ratu. Padahal kau bisa bercermin dalam pantulan riak air yang tenang di tepi danau atau kolam, dengan mahkota bunga yang baru saja kau rangkai bersama dengan sulur akar yang sebelumnya melilit kakimu. Kasta? Apa aku mengenalnya? Siapa dia? Seseorang dengan mantra sihir yang luar biasa? Bisakah aku meminta padanya untuk membawaku ke menara? Tapi, aku takut tak bisa turun lagi dan pada akhirnya kesepian, selamanya.~

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang