CHAPTER 43

36 15 0
                                    


Kesepakatan yang sempurna! Akhirnya Rudy bersedia berbagi beban dengan Jichu. Pekerjaan rumah mereka bagi bersama dan kini giliran Hanbin untuk memancing. Laki-laki itu terdiam cukup lama menatap riak air yang tenang itu hingga tepukan di bahu Rudy membuyarkan lamunannya.

"Apa kita hanya akan makan angin?" tanya Jichu dengan tatapan memicingnya. Rudy menghela napas panjang.

"Aku tak pernah berhasil memancing, terakhir kali aku melakukannya hanya mendapatkan bayi ikan," ujar Rudy, sebuah cerita sedih yang tak pernah Jichu sangka. Lagipula, keberuntungan tak pernah memihak satu orang bukan? Siapa tahu kali ini adalah keberuntungan Rudy.

"Kalau begitu sekarang kau coba, aku akan merawat bayi ikan itu dan membesarkannya sebelum memanggangnya," ujar Jichu. Rudy benar-benar tak percaya dengan isi pikiran gadis ini.

Tentu saja menjadi percuma jika Rudy hanya diam di sana, maka ia segera mengambil umpan cacing yang mereka dapatkan di tanah gembur bawah pohon pinus. Satu wadah kecil siap mereka habiskan untuk menangkap semua ikan yang lewat.

Jichu mengawasi Rudy sambil bersandar di pohon. Menikmati semilir angin siang hari dan kicau burung yang menjadi pengiring tidur siangnya hari ini. Meninggalkan Rudy yang tengah berjuang dengan kail dan pancingnya.

"Enak sekali dia tidur?"

"Aku mendengarmu~"

$$$$

"Hari pertama bekerja?" tanya Hanbin yang juga sudah siap dengan penampilannya. Seperti biasa, catchy dan casual, ciri khas seorang Hanbin yang tidak terlalu suka dengan gaya formal atau yang berlebihan. Berbanding terbalik dengan Bobby yang selalu penuh dengan aksesori dalam penampilannya. Dua sisi yang bertolak belakang, namun anehnya mereka akan menjadi satu dalam sebuah musik.

Jisoo juga sudah siap dengan penampilannya, pakaian yang biasa ia gunakan di hari-hari biasanya dan di situlah Hanbin menyadari sesuatu. Kapan terakhir kali ia mengajak Jisoo berbelanja? Sepertinya sudah cukup lama –itupun hanya untuk membeli bahan makanan.

"Eoh, kau juga, tumben berangkat pagi sekali?"

Keduanya berjalan beriringan menuruni tangga sambil berbincang ringan, memulai aktivitas di pagi hari adalah yang terbaik. Banyak yang bisa dilihat untuk menyegarkan mata, seperti wajah tampan dan cantik yang tak bisa lepas dari pandangan masing-masing.

Kenapa Jisoo begitu cantik hanya dengan riasan se-natural itu? Bahkan aku ragu ia menggunakan riasan hari ini. Suara hati seorang Hanbin yang berbisik pagi ini.

Apa dia benar kekasihku? Dilihat dari manapun, bagaimana bisa orang sepertiku mendapatkan laki-laki setampan dia? Apa aku melakukan hal baik di kehidupan sebelumnya? Hal yang sama juga terjadi pada Jisoo, salah satu sel dalam dirinya saat ini sedang memberontak.

Keduanya saling mengagumi paras masing-masing hingga Jisoo tak menyadari kakinya terlewat memijak tangga hingga ia hampir saja terjerembab ke depan jika saja tangan Hanbin tidak dengan sigap menahan lengannya.

"Hati-hati! Kenapa kau ceroboh sekali?" tanya Hanbin.

Salahmu kenapa tampan sekali! Tidak heran jika banyak yang menyukaimu, aku benar-benar menyadarinya sekarang. Batin Jisoo merutuki dirinya sendiri yang tertangkap basah mengagumi ketampanan wajah kekasihnya. Mungkinkah ini yang dirasakan para penggemar Hanbin ketika bertemu dengannya? Jika Jisoo mengagumi Hanbin sejak lama, sudah pasti ia akan pingsan ketika bertemu dengannya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Hanbin menaikkan sebelah alisnya yang dibalas ringisan deretan gigi putih Jisoo.

"Tidak ada," jawabnya asal, ia tak ingin memperpanjang pembicaraan tak penting ini.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang