CHAPTER 11

65 21 3
                                        


Tidak selalu semua jalan itu lurus dan mulus, ada kalanya gundukan dan turunan yang curam menjadi landasan utama seseorang untuk mencapai tujuannya. Hujan dan badai yang siap menggempur kapanpun dan di manapun. Karir yang sudah dibangun dengan sempurna perlahan hilang hanya karena satu kesalahan yang tak diprediksi sebelumnya.

Breaking News! Bobby memutuskan hengkang dari perusahaan setelah skandal dirinya yang terlibat perkelahian di klub.

Judul artikel itu terpampang degan jelas di jendela pencarian. Statistik pembaca yang terus meningkat dan berbagai akun yang membanjiri kolom komentar. Kebencian, kekecewaan dan rasa tidak percaya menjadi aura pekat saat ini. Sebagian dunia hiburan tengah heboh dengan pemberitaan mengejutkan ini.

Hanya membacanya judulnya saja sudah membuatnya mengepalkan tangannya. Tak cukup dengan itu, rasa terbakar di dalam dadanya serasa mencekiknya dan membuatnya tak bisa mengontrol emosinya dengan baik hingga gelas kaca yang berada di depannya menjadi korban dari kemarahannya, melemparkannya bak bola bisbol ke arah dinding dengan sekuat tenaga dan menyebabkan suara nyaring menggema di seluruh ruangan.

Bobby menjambak rambutnya frustasi. apakah harus seperti ini nasib hidupnya?

"Tua bangka sialan!" sekali lagi, ia meraih gelas lain yang ada di hadapannya dan bersiap untuk dijadikan objek kemarahannya lagi. Namun ia urung melakukannya saat bel apartemennya berbunyi.

$$$$

"Kenapa kau cepat sekali datang?" tanya Bobby saat mendapati Sang manager sudah berdiri di depan pintu dengan penampilan yang sama kacaunya dengan Bobby. Mereka adalah combo yang serasi, hanya saja Bobby dua kali lebih kacau dari managernya.

"Kau mau apa?" pembicaraan via monitor yang saat ini sedang berlangsung.

"Aku berencana mengakhiri hidupku-"

"Yak! Kau! Cepat buka pintunya!!"

Apa ini hanya lelucon Bobby? Jika di saat seperti ini ia masih bisa bercanda, maka Bobby sudah gila! Jangan harap saat pintu itu terbuka, Bobby masih bisa menyunggingkan senyum manisnya yang membuat kaum hawa jejeritan setiap kali ia menyapa. Disaat seperti ini, siapa yang ingin bercanda?!

"Jiwon-ah! Jika kau tidak mendengarkanku, aku akan membakar apartemen ini-!"

Cklek! Sialan! Dia benar-benar bercanda!

"Kau ingin membunuhku?" tanya Sang managernya yang tak mendapat respon dari Bobby. Laki-laki itu melengang begitu saja menuju kamarnya.

Dan lihatlah kekacauan ini! Memang benar ia sudah tak terkejut lagi dengan kapal pecah apartemen Bobby, bahkan ia bisa menemukan celana boxer tergeletak di atas meja dapur. Entah apa terjadi karena ia tak ingin tahu alasannya. Tapi kali ini lebih serius dari yang ia perkirakan.

"Bagaimana bisa kau hidup di tempat seperti ini?" tanyanya sambil memungut bungkus cemilan yang berada tepat di depan matanya, juga serpihan kaca yang hampir saja terinjak olehnya. Kedua alisnya mengerut saat mendapati lebih banyak pecahan kaca di tepi dinding. Hanya helaan nafas yang ia keluarkan karena percuma saja ia menanyakan berkali-kali kepada Bobby namun hanya angina lalu yang ia dapat.

"Jika kau terus menerus membaca artikel bodoh itu, kau hanya akan semakin tertekan."

Managernya memberikan susu pisang yang ia bawa kepada Bobby. Sedikit asupan kalsium akan menenangkan perasaan.

"Tapi kau lebih bodoh lagi karena memutuskan untuk keluar tanpa menidkusikannya padaku, sialan," sebuah pembalasan setelah membuatnya khawatir.

"Maaf Hyung," pemilik mata sipit dan gigi kelinci itu hanya bisa menatap lantai apartemennya dengan tatapan nanar. Tak berani menatap langsung managernya yang mungkin saat ini tengah menatapnya dengan garang.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang