CHAPTER 46

40 16 4
                                    


Sepanjang perjalanan pulang, tak ada yang beres di kepalanya. Kejadian tadi di café membuat pikiran Jisoo kacau. Ia belum pernah merasakan hal yang seperti ini selama hidupnya. Berurusan dengan yang namanya laki-laki. Cukup ia berpusing ria dengan ayahnya dan Hanbin. Belum lagi ia mendapat banyak teguran dari Dara karena tidk fokus bekerja dan beberapa complain dari pengunjung meski hanya hal-hal kecil. Tak hanya sampai di situ, di akhir pekan ini café menjadi begitu ramai dan ia harus menjalani shift fullnya di hari pertama bekerja.

Ternyata, ia pun harus menghadapi kepadatan di dalam busway hingga tali tas selempangnya putus karena harus brdesakan berdesakan saat ia hendak turun dari bus. Jisoo menghela napas panjang dan mendudukkan dirinya di kursi panjang halte. Bersandar dan menatap ke arah langit yang mulai gelap, senja yang sedikit menghiburnya. Hampir seharian ini ia tak menghubungi Hanbin, begitupula sebaliknya. Pasti saat ini ia sedang sibuk dengan persiapan debut Jennie.

Akhirnya Jennie bisa debut, sebuah kebanggaan yang tak bisa Jisoo jelaskan. Senyumnya mengembang jika mengingat lagi bagaimana Jennie selalu mengatakan jika ia sangat ingin menjadi seorang penyanyi. Bagaimana ia selalu membawa mic mainannya ke manapun ia pergi dan menabung bersama Jisoo untuk membeli mic karaoke dan bahkan memajangnya dengan sangat apik di lemari kaca ruang tamunya.

Saksi bisu perjalanan impian seorang Jennie dan Jisoo di masa lalu. Dan sekarang?

"Apakah impianku akan segera terwujud seperti Jennie?" tanya Jisoo pada angin yang baru saja berhembus pelan menyapanya. Senja semakin larut dan langit gelap sudah berganti. Ia harus segera pulang dan beristirahat.

"Dia sedang apa ya? Apa dia sudah makan?" Jisoo memeriksa ponselnya dan membuka kotak pesan milik Hanbin. Haruskah ia mengirim pesan? Atau meneleponnya?

"Dia baik-baik saja 'kan? Tadi pagi keadaannya terlihat buruk," tanpa ragu Jisoo menekan tombol telepon dan langsung menghubungi Hanbin.

"Halo?"

Hah? Suara perempuan?

Tentu saja itu bukan suara Jennie karen Jisoo hafal sekali suara Jennie. Suara ini lebih halus dan terdengar sangat feminim, berbeda sekali dengan suaranya yang sedikit husky.

"Ah, ya halo ... ini dengan ponsel Hanbin 'kan?" Jisoo bertanya sesopan mungkin. Mungkin saja dia salah satu rekan kerja Hanbin? Tapi, apa itu mungkin? Apa Hanbin tidak mengunci layar ponselnya?

"Hanbin? Ah, ya. Dia sedang tidur."

"Tidur? Di mana?" tiba-tiba saja perasaan Jisoo merasa tidak enak. Apa yang dia maksud dengan tidur? Tidur di mana? Apakah ia terlalu berlebihan dengan khawatir seperti ini? Tanpa sadar Jisoo mengepalkan tangan kirinya kuat-kuat.

"Dia ada di sampingku, apa ada yang ingin kau sampaikan padanya? Nanti jika dia sudah bangun, aku akan menyampaikan padanya."

Tidur di sampingnya?! Apa ini masuk akal? Dan tunggu-! Suara ini-!

"Ada siapa ya?" sebisa mungkin Jisoo menahan dirinya agar tidak meledak saat itu juga. Ia harus menahannya sedikit lebih lama lagi hingga panggilan itu terputus.

"Kenapa? Apa kau tidak suka jika aku mengangkat teleponnya?"

Kenapa perempuan ini sangat menjengkelkan? Jisoo hanya bertanya siapa namanya dan ia hanya perlu menjawabnya saja, apa itu terlalu sulit?

"Apa maksud anda? Karena anda menanyakannya, saya jadi semakin penasaran. Bagaimana bisa anda di sana? Memangnya kalian sedang berada di mana?" tanya Jisoo. Lebih dari keinginannya untuk segera menutup panggilan, kini ia semakin penasaran dengan siapa orang ini. Terasa familiar, namun ia melupakannya.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang