CHAPTER 31

49 16 2
                                    


"Rudy! Kemari! Ayo cepat!!!" teriakan itu mungkin bisa saja membangunkan burung yang tengah terlelap di sangkarnya atau membangunkan kawanan lebah yang baru saja terlelap dengan tenang di sarang mereka.

Tak ada pilihan lain untuk Rudy selain menyusulnya. Jichu mengajaknya ke sebuah pekarangan rumah yang megah dengan desain yang membuatnya terngaga tak percaya. Bagaimana bisa gadis itu dengan berani memasuki rumah sebesar ini? Rudy bertanya-tanya dalam hati. Ya! Bagaimana bisa?

"Kau mau kemana?" tanya Rudu yang sudah mengekor Jichu.

"Kita akan bertemu dengan seorang teman. Kau tahu? Dia sangaaat cantik! Seperti putri! Kau pasti akan terpana dan jatuh cinta saat pertema kali melihatnya!" dengan percaya diri ia sesumbar tentang temannya yang cantik bak putri kerajaan.

Namun Rudy tak yakin dengan apa yang Jichu katakana padanya. Hingga mereka sampai di sebuah taman yang berada di belakang rumah itu. Di sana terdapat sebuah tenda yang membuat Jichu langsung bersemangat dan mempercepat larinya, meninggalkan Rudy.

"Hei! Tunggu aku!"

"...!" Jisoo menghentikan jemarinya yang menari di atas keyboard. Ia berhasil mendapatkan pinjaman laptop dari Hanbin setelah menyetujui kesepakatan yang Hanbin tawarkan. Mau tak mau ia harus menerimanya. Karena kini ia adalah milik Hanbin-! Ah tidak! Bukan itu. Tapi, ia berhutang kepada Hanbin.

Itu lebih tepat dikatakan sebagai jawaban.

Flashback

"Kenapa kau begitu memaksaku untuk melakukan apa yang kau inginkan?" tanya Jisoo karena ia tak tahan saat Hanbin terus-menerus menyuruhnya untuk melanjutkan naskahnya dan berhenti bekerja. Di malam itu, di teras depan rumah Hanbin, mereka dengan serius membahasnya.

"Kau ingin tahu kenapa?"

"Ya! Aku harus tahu apa yang membuatku harus melakukannya. Aku hanya akan terlihat seperti orang bodoh yang dimanfaatkan."

Masuk akal. Siapapun tak mau jika dipaksa untuk melakukan sesuatu tanpa tahu alasannya apa. Begitupun Jisoo, yang tak akan percaya sebelum ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"Baiklah, aku akan mengatakannya." Hanbin menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, "Karena aku sudah melunasi semua hutangmu pada rentenir itu-"

"Apa??! Kau sudah gila?!"

Siapa di sini yang lebih gila daripada Hanbin? Kenapa dia dengan nekat dan bodohnya melakukan hal itu?

"Kau memintaku untuk mengatakan yang sebenarnya," sebuah pengakuan yang teramat jujur. Baiklah.

"Ya –tapi kenapa kau harus melakukannya? I-itu jumlah yang besar-"

"Aku tahu, dan aku melakukannya."

"Kenapa kau melakukannya?"

Tanpa ragu Hanbin menjawab, "Karena aku tak ingin mereka menyakitimu lagi. Melihatmu kesulitan berjalan seperti ini membuatku ngilu." Bahkan sampai hari ini, Jisoo masih belum bisa leluasa menggerakkan pinggangnya. Dan tahu apa yang terburuk? Ia selalu mengerang setiap kali pergi ke kamar mandi.

"Karena itu?!"

"Kau mau alasan yang lebih spesifik?"

Jisoo mengangguk, tanpa ia sadari Hanbin sudah berada di depannya dengan jarak yang sama dengan yang Hanbin lakukan ketika mereka bersama. Satu momen di taman yang membuat Jisoo tak bisa terpejam semalaman.

"K-kkenapa k-kkau...."

"Kau ingin aku melakukannya?" bahkan nafasnya terasa sangat dekat, membuat Jisoo secara otomatis menjauhkan kepalanya. Ini posisi yang tidak aman untuknya.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang