KIM YERIN

48 10 1
                                    



Butuh beberapa menit untuk Yerin meyakinkan dirinya jika ia bisa. Keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju tangga yang tak pernah ia tahu akan begitu menyiksanya bersama dengan heels yang tak seharusnya ia pakai saat ini.

"Haah, kenapa aku harus memakai ini?" Ia mengeluhkan pilihannya beberapa saat lalu, masih ada banyak tangga yang harus ia taklukkan dan pilihannya sekarang adalah tetap melanjutkan perjalanannya karena percuma saja ia kembali ketika ia sudah sampai di pertengahan jalan.

"Kenapa dia memilih tinggal di tempat seperti ini? Harusnya ia meminta Appa untuk memberikan apartemen yang mahal. Kalau aku jadi dia, sudah aku habiskan semua uang Appa karena sudah mencampakkanku, pembalasan dendam yang sempurna. Ya!" Yerin menggerutu sepanjang jalan, tanpa ia sadari tinggal sedikit lagi untuk ia sampai di depan sebuah rumah yang ia tak merasa asing dengan satu cardingan rajut yang dijemur di depan rumah.

Yerin mengernyitkan kedua alisnya. Mendekai cardigan itu sam sempatkan untuk menghidu aromanya. Benar-benar tidak asing, apalagi parfum yang terasa seperti bedak bayi. "Tidak mungkin dia 'kan?"

Tak ingin terlalu berprasangka, Yerin memutuskan untuk melanjutkan langkahnya menuju rumah Jisoo yang di mana alamatnya ia dapat dari seorang informan.

$$$$

Tok ... tok ... tok....

Ketukan di pintu itu terdengar ragu, apakah Jisoo ada di rumah? Ia berharap Jisoo tak ada di rumah agar ia tak merasa terlalu gugup. Yah, setidaknya ia tak terlallu malu jika menampakkan dirinya. Namun, sepertinya harapannya tak akan terkabul untuk saat ini, karena pintu itu akhirnya terbuka dan menampakkan wajah Jisoo yang terlihat terkejut dengan keberadaan Yerin saat ini.

"Yerin?" panggil Jisoo. Terlihat wajah perempuan itu terlihat terkejut, tentu saja! Bahkan ia sendiri tak percaya jika bisa berada di sini. Untuk beberapa waktu, keduanya saling diam, masih menciba memahami situasi seperti apa saat ini, hingga deheman dari Jisoo mencairkan sedikit suasana canggung ini.

"Masuklah...." Ujar Jisoo mempersilahkan Yerin untuk masuk. Ya, mereka harus masuk ke dalam rumah saat ini.

"Aku ... tidak! S-sebenarnya ... apa yang kau lakukan di sini?" Pertanyaan pertama Jisoo untuk Yerin setelah mempersilahkan perempuan itu untuk duduk.

Apa yang harus aku lakukan? Kenapa rumahnya terlihat sangat biasa? Lalu, apa itu? Dia menjemur pakaiannya di balkon kecil itu?

Alih-alih memikirkan jawaban apa yang akan ia katakana ke Jisoo, Yerin justru mengamati rumah milik Jisoo dengan perasaan yang tak bisa ia simpulkan. Satu kalimat untuk menjelaskannya –mereka benar-benar orang yang sangat berbeda. Tanpa disadari, entah mengapa Yerin merasa kesal dengan ayahnya.

"Yerin-ssi, kau mau mi-"

"Itu ... aku ingin meminta maaf padamu," ujar Yerin dan sukses membuat sebelah alis Jisoo terangkat.

"Untuk apa?" tanya Jisoo dengan raut kebingungan. Yah, meski Jisoo tak terlalu menyukai Yerin, namun dalam konteks yang lain.

Ada jeda beberapa detik dalam pembicaraan itu, sampai akhirnya Yerin bersuara. "Aku sudah tahu semuanya, tentang keluargamu –terlebih ayah kita. Apa yang terjadi dan bagaimana semua itu bisa terjadi," ujar Yerin. Masih terekam jelas dalam ingatannya ketika ibunya menceritakan semuanya dari awal, bagaimana pertemuan awal mereka dan menjalin hubungan, lalu ayahnya dijodohkan oleh keluarganya dan tak ada pilihan lain selain menurutinya.

Sebuah perjodohan, yang membuat hubungan orang tua Yerin sempat merenggang, namun ketika Jiho meyakinan kepada Yunji jika pernikahannya dengan Yoon Hee hanya formalitas. Namun, siapa yang menyangka jika Jiho telah menanam benih di Rahim Yoon Hee, dialah Jisoo. Lalu, semua permasalah itu dimulai. Pertengakaran tiada akhir dan imbasnya dialami oleh Jisoo. Anak malang itu harus menanggung kehidupan yang tak bisa ia lupakan selamanya. Meski Jiho meminta maaf beribu-ribu kali, yang namanya penyesalan tak akan pernah hilang.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang