Dan rutinitas itu akhirnya dimulai. Pagi-pagi sekali Jisoo sudah bangun dan segera membersihkan dirinya. Melakukan semuanya dengan cepat dan siap! Bahkan tanpa riasan di wajahnya. Ia hanya mengikat rambutnya dan segera meninggalkan rumah.
Jalanan masih sangat sepi dan gelap, lampu-lampu jalan masih menyala dengan terang. Hanya ada Jisoo dan seekor anjing yang baru saja melintas.
Jam 05.00 pagi. Itu adalah rekor terbaiknya selama ini. Bahkan ia sendiri merasa begitu bangga dengan pencapaiannya ini.
"Jika seperti ini terus, aku bisa menjadi karyawan teladan, hahaha!" bisa bayangkan bagaiamana mengerikannya sebuah tawa di pagi buta? Ia melakukannya dengan berlebihan.
Busway pertama yang datang kepadanya hingga membuat Si sopir terheran-heran dengan munculnya Jisoo di pagi hari. Hanya raut wajahnya yang menunjukkan keterkejutan untuk Jisoo. Jadi, gadis itu tak menyadarinya.
$$$$
Jika rutinitas baru Jisoo telah dimulai, maka hal yang sama juga terjadi pada Hanbin. Tak ada perbedaan yang begitu mencolok, semuanya hampir sama. Hanya saja, satu perasaan yang membelenggunya selama ini terasa semakin tak nyaman.
Sudah hampir seminggu Yerin tak pernah memberinya kabar. Apa dia tidak merindukan kekasihnya? Bahkan Hanbin rasanya mau mati karena merindukan gadis itu.
Menatap notifikasi kosong hanya membuang-buang waktunya. Membuatnya semakin merindukan gadisnya dan jika ia sudah tidak tahan lagi, maka ia akan menyusulnya, apapun caranya. Dan itulah yang akan Hanbin lakukan saat ini. Tanpa berpikir lebih lama lagi, ia segera meraih jaketnya dan menyusul Yerin.
"Selamat pagi Hanbin-ssi!" sapaan selamat pagi dari Si induk semang yang selalu muncul dengan wajah cerianya. Hanbin hanya menjawab seadanya dan terlihat buru-buru menuruni tangga.
"Kau sudah mau berangkat?" satu pertanyaan lagi yang membuat Hanbin harus menghentikan langkahnya.
"Ya, ada apa?"
"Ahh ... Tidak, kukira kau tahu dimana Jisoo. Ya sudah! Hati-hati di jalan!"
"Tunggu! Anda bilang Jisoo tidak ada di rumah?" Hanbin mengernyit heran. Tapi, semalam ia bahkan masih mengobrol bersama dan pulang bersama.
"Anda yakin dia tidak ada di rumah? Ini masih cukup pagi," mengingat ini masih pukul tujuh dan semua orang tengah bersiap-siap untuk bekerja.
"Pintunya tidak terkunci," jawab Hejin. "Ah sudahlah, mungkin dia menginap di tempat temannya atau tertidur di jalanan, siapa yang tahu. Kalau begitu,aku pergi dulu Hanbin-ssi, jika kau membutuhkan bantuan jangan sungkan untuk meminta bantuanku, OK?"
Jisoo tidak di rumah? Bagaimana bisa?
Pertanyaan itu masih menggantug di kepalanya. Kenyataan bahwa semalam mereka masih bersama cukup menganggunya. Mungkin saja dia pergi bekerja? Tapi kenapa sepagi ini? Apa jangan-jangan ia sakit?
Kemungkinan terakhir adalah yang membuatnya bergegas menuju rumah Jisoo. Bagaimana jika kemungkinan itu benar. Bisa saja ia terjatuh di kamar mandi dan tak ada yang menyadarinya, atau dia masih tertidur dan tak mendengar panggilan Hejin. Hanbin tak akan tahu jika belum membuktikannya.
Dan benar saja, pintu rumahnya tidak terkunci dan bahkan kuncinya masih berada di atas meja. Lalu kemana dia? Hanbin sudah memeriksa semua ruangan termasuk kamar Jisoo yang benar-benar tidak ada apapun selain kasur gulung dan meja kecil dengan sedikit make up yang ia miliki. Bahkan rumah ini terlalu kosong untuk seorang gadis. Jangan lupakan peralatan makan yang hanya cukup untuknya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUMP (Completed)
FanfictionKetulusan hati yang dipermainkan membuat mereka tak percaya lagi pada apapun yang tak bisa mereka lihat dengan pasti. - Jisoo dan permasalahan hidupnya, ia harus melakukan banyak hal untuk tetap bertahan dan mewujudkan impiannya menjadi seorang pen...