CHAPTER 30

60 16 10
                                    


Hiruk pikuk Bandara Incheon yang tak pernah hilang pesonanya. Semakin hari semakin menambah kesan dan pujian yang terlontar dari para penumpang atau mereka yang datang ke Bandara terbesar di Korea Selatan ini. Bahkan tak sedikit dari mereka yang hanya datang untuk berwisata dengan mengujungi fasilitas Bandara yang benar-benar memanjakan mata.

Dan di salah satu sisi Bandara, terdapat sekumpulan kru produksi yang sedang melangsungkan syuting. Terlihat mereka sibuk dengan satu adegan salah seorang aktris yang sedang berakting dengan lawan mainnya. Semua kru terlihat begitu serius sampai akhirnya seruan 'Cut!' dari sutradara berhasil mencairkan suasana. Semua kembali pada kesadaran masing-masing dan beristirahat.

"Bagus Yerin! Kita istirahat sejenak sebelum lanjut ke adegan selanjutnya," ujar Sang sutradara sebelum ia sendiri meninggalkan kursi kebanggaannya.

"Wah! Tadi itu benar-benar keren Yerin-ah. Aku yakin pasti project drama kali ini benar-benar sukses! Terlebih kau sendiri yang akan mengisi Soundtrack-nya nanti," ujar managernya sembari memakaikan mantel kepada Yerin agar tidak kedinginan. Mereka lalu duduk di kursi yang sudah di sediakan dan secara otomatis menjadi pusat perhatian dari banyak orang –pengunjung dan calon penumpang pesawat.

"Haaah ... aku lelah sekali, Unnie, bisa ambilkan kopiku? Mataku terasa sangat berat." Ya, secangkir kopi adalah minuman terbaik untuk mengusir rasa kantuk yang menyerang. Kesibukan sebagai aktris dan juga penyanyi membuat Yerin harus mengerahkan dua kali lipat energi yang ia punya. Meskipun rasanya ia ingin mengeluh, namun tak ada yang bisa ia lakukan selain menyelesaikannya. Itu adalah konsekuensi dari pilihan yang sudah ia tetapkan. Jadi, tak ada yang bisa ia salahkan dalam hal ini.

"Ini," managernya memberikan kopi pesanannya dan Yerin mulai meminumnya. Rasa pahit kopi yang melundur ke tenggorokannya sedikit membuatnya merasa segar. Ia butuh asupan kafein lagi.

"Setelah ini ada pemotretan?" tanya Yerin. Jadwalnya selanjutnya setelah syuting hari ini selesai.

"Ya, kau akan menjalani pemotretan dengan majalah Womanies dengan Miyeon," ujar managernya.

"Miyeon? Maksudmu Miyeon Unicorn?" Yerin mengernyitkan keningnya. Ia tak ingat jika memiliki pemotretan dengan Miyeon. Bukankah ini pemotretan solo untuknya? Meski ia tak mengutarakannya, namun raut wajahnya menunjukkan jika ia membutuhkan penjelasan dari Sang manager.

"Ah, iya. Kau memang ada pemotretan solo nanti, kebetulan jadwalmu bertepatan dengan pemotretan Miyeon. Jadi PD-nim tadi mmenginformasikan padaku untuk menawarkan pemotretan bersama sebagai penyanyi wanita yang menginspirasi. Apa kau keberatan?" tanya manager.

Yerin terdiam, berpikir keras tentang pemotretan bersama yang akan ia lakukan nanti. Tapi, kenapa harus Miyeon? Apa ada sesuatu diantara mereka sehingga raut wajahnya menunjukkan kekusutan seperti itu?

"Yerin? Kim Yerin?" panggil Sang manager lebih keras karena Yerin tak merespon panggilannya.

"Ah! Ya ... itu tidak masalah, tapi Unnie, aku mau kopi lagi, ini tidak cukup untuk melawan kantukku," ujar Yerin. Kopinya hanya tinggal setengah cup namun ia masih setia menguap lebar. Sepertinya memang benar tidak cukup hanya satu cup.

$$$$

Sebuah penderitaan untuk seorang Jisoo yang tak bisa pulang ke rumahnya dan terbaring nyaman di tempat tidurnya. Karena ia menolak untuk ke rumah sakit, jadi ia harus merasakan akibat dari pinggangnya yang sedikit membengkak sehingga akan terasa sakit jika ia bergerak terlalu dipaksakan.

"Kenapa hidupku jadi begini? Aku bahkan tidak bisa bangun sendiri," keluhannya sepanjang hari yang sudah seperti melodi yang merdu di telinga Hanbin. Bahkan ia rela tidur di sofa dengan selimut tipisnya dan berakhir dengan begadang semalaman. Heol, siapa coba yang bisa tidur dengan nyenyak dengan seorang wanita di rumahnya? Hal yang sama juga ia rasakan dulu saat berada di rumah Jisoo.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang