Bruk!!
Minus kesopanan dan tatakrama, dua antek milik Taek Il mendorong Jisoo untuk duduk di kursi . Ruangan sempit yang menjadi tujuan fatal Jisoo beberapa waktu lalu. Dimana ia dengan nyali yang cukup besar datang untuk meminjam sejumlah uang guna biaya operasi dan pengobatan ibunya. Dan tenggat waktu yang mereka berikan saat itu jujur benar-benar mencekik Jisoo. Hanya satu bulan untuk ia melunasi pinjaman yang berjumlah jutaan won itu dan ini sudah jatuh tempo.
Ia ... masih belum mengumpulkannya sepeserpun.
Jisoo merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh melakukan hal yang bodoh. Bagaimana bisa ia mengambil pinjaman tanpa memikirkan buntut dari apa yang ia lakukan? Jika sudah seperti ini? Bagaimana ia akan mengatasinya?
"Nona Jisoo yang cantik~ kau tidak lupa dengan janjimu 'kan?" tanya Sang bos, Si peminjam Taek Il. Laki-laki paruh baya dengan bekas luka sayatan di wajahnya dan tato penuh di tubuhnya bak anggota Yakuza. Tubuh bongsor dan buncit itu menampakkan setengah dadanya terekspos dengan tiga kancing kemeja yang sengaja tidak dibetulkan. Dan dua antek yang berdiri sigap di belakang Jisoo dengan wajah garang mereka.
Pandangan Jisoo kembali tertuju pada bos mereka. "Maaf." Jisoo tak punya kosa kata lain selain itu.
"Maaf? Hahahahaha! Kalau begitu ... aku juga minta maaf," tawanya terdengar menggelegar di penjuru ruangan sebelum gebrakan keras terdengar di depan Jisoo. Membuat wanita itu hampir saja melompat dari tempat duduknya.
"Karena aku harus mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan!"
Apa maksudnya?
"Sebenarnya ... apa kau tahu peraturan dari peminjaman uang di tempatku ini?" tanyanya, kini suaranya terdengar lebih rendah dari sebelumnya. Ia –Taek Il bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekat ke arah jendela, membukanya sehingga angin tengah hari terasa sejuk, entah mengapa.
"Kau tidak menjelaskannya padaku," jawab Jisoo. Wanita itu masih memiliki nyali untuk menjawab pertanyaannya.
Lagi, tawa itu terdengar lagi. Tawa yang membuat Jisoo ingin muntah. Sialan, kenapa aku sangat membenci tawanya? Tapi aku meminjam uang padanya? Sekarang, siapa yang harus aku benci?
"Bahwa jika kau tak bisa membayarnya tepat waktu ... maka, kau harus memberikan nyawamu padaku, bagaimana? Ah, seharusnya aku memberitahumu lebih awal agar kau sayang pada nyawamu ... atau paling tidak ... pada tubuhmu." Suaranya terdengar mengerikan di telinga Jisoo dengan jarak sedekat itu. Bisa Jisoo lihat detail luka itu dengan jelas.
Ia sedikit memundurkan kepalanya untuk memberi ruang pada oksigen yang akan ia hirup sebelum memalingkan wajahnya.
"Apa maksudmu dengan memberikan nyawaku atau tubuhku?"
"Kau belum tahu? Kalau begitu, biar kuberitahu. Secara tidak langsung, kau sudah menyerahkan hidupmu padaku terhitung sejak kau menerima uang dariku. Jika kau bisa mengembalikannya tepat waktu atau bahkan sebelum jatuh tempo. Kau aman, tentu saja. Tapi, jika kau melewatkan waktu emas itu untuk mengulur waktu. Maka sepenuhnya hidupmu ada di tanganku. Jadi ... kau tahu kan maksudku? Nona Jisoo?"
Benar-benar sialan! Bagaimana bisa dia memberi aturan seperti itu? Apa dia sengaja tidak mengatakannya di awal?
Jisoo tak bisa bergerak. Di siang bolong seperti ini, jika ia melarikan diri pasti banyak orang yang akan menolongnya 'kan? Bagaimanapun, ia harus bisa keluar dari sini. Ya!
Sebelah tangannya ia masukkan ke dalam saku celanya dimana ponselnya berada. Ia tengah menyusun rencana darurat untuk melarikan diri dari tempat ini. Jisoo tahu ia harus membayar hutang yang ia pinjam, tapi ia juga tak bisa membiarkan dirinya menjadi taruhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUMP (Completed)
FanfictionKetulusan hati yang dipermainkan membuat mereka tak percaya lagi pada apapun yang tak bisa mereka lihat dengan pasti. - Jisoo dan permasalahan hidupnya, ia harus melakukan banyak hal untuk tetap bertahan dan mewujudkan impiannya menjadi seorang pen...