CHAPTER 14

54 16 7
                                    


Senandung rindu yang mengalun di pelabuhan membuat airmata yang baru saja terjatuh itu terurai. Nan jauh di sana, seseorang yang mengharapkan kedatangannya sudah tak sanggup lagi. Meskipun mentari tak lagi menyengat seperti biasanya, bahkan burung-burung pun berkicau dengan merdu untuk menemani kesepiannya.

Namun, sekali lagi, ia tak bisa menahannya lebih lama lagi.

"Jisoo-ya? Apa kau bisa datang kemari sebentar?" suara dari seberang telepon itu membuat Jisoo yang tengah membawa keranjang cuciannya terlepas hingga semua isinya berserakan.

"Apa ... yeng terjadi, dok?" suaranya semakin melemah seiring kabar yang seolah datang seperti dentuman keras itu. Menghantam hatinya yang seketika hancur berkeping-keping.

Demamnya baru saja turun, tapi apa yang terjadi barusan?

"Aku segera kesana!"

Sepertinya itu bukan kabar yang bagus. Dan apapun yang terjadi, bisakah ia menerimanya? Dengan perasaanyang seperti apa?

$$$$

"Kemana saja kau kemarin?" pertanyaan Seungri menyambut kedatangan Hanbin pagi ini. Di sebuah bangunan semi permanen yang baru saja mereka sewa untuk studio mereka sementara. Tak ada apapun yang istimewa, hanya satu sofa memanjang dan satu ranjang tidur yang sepertinya digunakan salah satu diantara mereka.

"Oh? Kau baru saja datang Hyung?" sapa Chanwoo yang tengah menggosok gigi di kamar mandi. Semakin jelas siapa penghuni studio ini. Hanbin tak membalas sapaannya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Hanbin begitu ia mendaratkan bokongnya di tempat tidur, meraih kaleng soda yang Seungri beli. Ah~! Soda! Mengingatkan kembali akan satu momen yang berkaitan dengan soda. Tanpa sadar ia mengulum senyum yang berhasil menarik perhatian Seungri, laki-laki itu tak melepaskan pandangannya terhadap Hanbin, membuat Si empunya menatap Seungri dengan sedikit aneh.

"Apa?"

Masih dengan tatapan mengintimidasi, bahkan kali ini ia semakin menyipitkan mata pandanya. "Kau baru saja bertemu dengan Yerin?" tebaknya.

"Benarkah?" dan Chanwoo adalah orang yang ikut nimbrung pembicaraan itu.

"Ya," jawaban yang singkat, padat, dan jelas. Tentu saja! Ia baru saja bertemu dengan Yerin.

"Pantas saja, aku tak heran lagi.'

Sepertinya mereka semua tak tahu kejadian yang sebenarnya melebihi 'Ia bertemu dengan Yerin'. Ada banyak persepsi tentang satu kalimat itu, namun Hanbin memilih tak mengatakannya. Biarkan saja mereka mengetahu apa yang mereka tahu.

"Sepertinya hubunganmu semakin dekat saja Hyung? Apa dia sudah tahu kalau kau dipecat dari perusahaan?" tanya Chanwoo yang kembali dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Mata bulat dan besarnya terlihat sangat bersinar dari sudut pandang Hanbin.

Baru saja Hanbin hendak menjawab, namun teralihkan oleh suara Seungri yang tiba-tiba mengumpat.

"Sialan!!! Kalau kau tak mau membantu kami ya sudah! Jangan merendahkan kami seperti itu?! sialan!!!"

"Ada apa?" Hanbin yang baru saja datang tak memahami situasi ini. Sekali lagi, ia mengamati kedua orang itu, satu persatu untuk memastikan dan ia baru memahaminya.

Ruangan yang sempit seperti ini, pengap dan seperti tak terurus dengan baik. Dan lagi, melihat kondisi mereka yang benar-benar kacau, jauh berbeda dengan dirinya yang datang dengan rapi dan wangi.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" ia menginginkan kejelasan.

Chanwoo yang berada di sebelahnya menghela nafas panjang, "Tak ada yang mau menerima kita, aku dan Seungri ­Hyung sudah mencari perusahaan yang mau mempekerjakan kita, tapi tak ada satu pun yang menerima kita. Lalu, beberapa hari yang lalu kita memutuskan untuk membuka studio kita sendiri. Dan inilah yang kami dapatkan setelah menghabiskan seluruh tabungan untuk sewa gedung dan membeli alat recording," jelas Chanwoo. Ya! Dan Hanbin baru sadar jika ia melihat satu set peralatan untuk rekaman di ujung ruangan.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang