~Dulu, aku merasa begitu sakit hati saat Seungyoon menolakku bahkan sebelum aku menyatakan perasaanku. Dengan langkah yang penuh harapan itu, aku memberanikan diri untuk menghampirinya yang sedang beristirahat setelah bermain tenis lapangan. Dia seorang bintang di lapangan hijau itu. Dengan teriakan para gadis yang menggema di seluruh penjuru podium dan tatapan iri para anak laki-laki yang merasa tersaingi olehnya. Dan aku, Kim Jisoo, berdiri dengan sebuah bingkisan di belakang punggungku yang akan kuberikan padanya. Dia, Kang Seungyoon yang menjadi cinta pertamaku di sekolah. Dan hari ini, aku ingin menyatakan perasaanku padanya. Katakanlah jika aku gadis berani yang ingin membuktikan pada dunia jika aku bisa mendapatkannya.
Namun, saat satu langkah itu berhasil kujejaki tepat di depannya. Dia menoleh padaku dengan tatapan datarnya dan berhasil menangkap apa yang aku sembunyikan di balik punggungku. Cukup denga berdecak saja, aku tahu akan maksudnya. "Kau bukan tipeku, simpan hadiah itu dan menyingkirlah dari hadapanku."
Kata-kata yang benar-benar menusuk hatiku hingga aku tak berani menegakkan kepalaku. Airmataku bahkan sudah tak bisa keluar saking terkejutnya.
Dan tawa para gadis itu benar-benar merusak gendang telingaku. "Hahahaha dia ditolak! Bagaimana bisa dia begitu menyedihkan?"
"Bahkan dia sudah menyiapkan hadiah! Hahaha! Hei Kim Jisoo! berikan saja hadiahnya padaku, lalu aku akan memberikannya pada Seungyoon oppa. Aku jamin dia pasti menerima pemberianku, bagaimana? hahahaha!"
Dan masih banyak lagi yang bisa aku dengar dari mulut mereka. Luar biasa. Hari-hariku dimulai dan diakhiri dengan bully-an mereka karena aku ditolak oleh Seungyoon. Bahkan aku tak berani menginjakkan kakiku melewati gerbang sekolah setiap kali aku berangkat sekolah. Mimpi buruk itu benar-benar datang setelah perceraian Eomma dan Appa.
Aku, hanya bisa menghela nafas panjang. Alasan mengapa aku mengecualikan 'laki-laki' dalam kamus hidupku. Bagiku, hidup tanpa terlibat dengan makhluk bergender laki-laki itu benar-benar menyenangkan. Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan tanpa berpikir untuk menjaga perasaan siapapun. Hingga aku bertemu dengannya.
Seseorang yang tak kusangka sebelumnya. Seseorang yang entah mengapa aku memutus batas antara pria dan wanita, menghapus daftar hitam yang sudah kusematkan di kamusku. Untuk kali pertama, aku menerima seseorang itu. Di dalam lubuk hatiku yang sudah sangat lama dingin dan kosong. Tapi, mengapa aku justru merasa aneh dengan perasaan ini?~ Jisoo.
$$$$
[Jisoo-ya? Mau pergi jalan-jalan?]
Satu pesan ia terima dari Jennie beberapa detik yang lalu. Sudah dua hari ini ia cuti kerja dari tiga hari yang berhasil ia dapatkan. Berarti, masih ada satu hari lagi sebelum ia kembali menjalani rutinitasnya sebagai karyawan supermarket dan berkutat seharian dengan box-box besar itu yang membuatnya berakhir seperti ini.
Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera membalas 'OK' untuk sebuah penegasan. Hari ini, ia dan Jennie akan menghabiskan waktu bersama. Melupakan sejenak tentang harapan yang benar-benar ingin mereka capai.
Dan, di sinilah mereka kini. Berkunjung ke salah satu pusat perbelanjaan di Seoul. Keduanya menyempatkan waktu untuk melihat-lihat beberapa isi toko yang menarik perhatian mereka dan membantu Jennie memilih baju yang ingin ia beli.
"Bagaimana kalau ini? Apa aku terlihat buruk?" tanya Jennie saat menunjukkan sebuah dress berwarna merah yang cukup ketat untuk memperlihatkan lekuk tubuhnya. Terlihat sexy dan menawan. Tidak buruk, pikir Jisoo. Bahkan ia cukup takjub saat melihat Jennie mengenakannya. Ia benar-benar terlihat seperti seorang bintang.
"Cantik." Satu komentar yang mewakili semua alasan untuk menilai penampilan Jennie saat ini.
"Hanya itu? Kau selalu mengatakan cantik dan bagus jika aku memilih pakaian," gerutunya sedikit kesal karena Jisoo bukan partner yang bisa ia percaya dalam hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUMP (Completed)
FanfictionKetulusan hati yang dipermainkan membuat mereka tak percaya lagi pada apapun yang tak bisa mereka lihat dengan pasti. - Jisoo dan permasalahan hidupnya, ia harus melakukan banyak hal untuk tetap bertahan dan mewujudkan impiannya menjadi seorang pen...