CHAPTER 22

56 19 12
                                    


Flashback

Prang!!! Brak!!!

"Pergi kau! Jangan pernah kembali lagi! Dasar br*ngs*k! Bisa-bisanya kau melakukannya di depan putrimu? Apa kau tidak mau?! Ha?! Jisoo Appa!"

Satu persatu perabotan yang ada di sekelilingnya menjadi bahan pelampiasan Sang istri kepasa suami yang dengan mudah mengindarinya. Alhasil, semua perabotan itu menghantam dinding atau lantai yang menyebabkan suara keributan.

Sementara itu, Sang putri yang bersembunyi dikamarnya hanya bisa meringkuk di pojokan kamar dengan airmata yang sudah berlinang. Saking kerasnya ia menangis hingga ia sesenggukan dan suaranya hampir hilang. Apa yang baru saj aia lihat membuat hatinya ikut hancur meski tak sehancur milik ibunya. Tapi, melihat dengan mata-kepala sendiri Sang ayah bercinta dengan wanita lain membuat dunianya runtuh seketika. Mungkin akan berbeda cerita jika ia melihatnya di tepat lain, maka ayahnya benar-benar orang br*ngs*k yang berselingkuh.

Tapi, bagaimana akan menggambarkannya jika mereka melakukannya di rumah? Di saat rumah tersebut menjadi tempat untuk ia dan ibunya pulang?

"Jika kau memang ingin berselingkuh dariku! Lakukanlah! Ceraikan aku dan lanjutkan kesukaanmu itu! Lagipula kau menikahiku bukan karena kau mencintaiku, kau melakukannya karena ingin membahagiakan ibumu. Perjodohan yang membuat ibumu senang dan kau mendapat kebebasan!" ibu Jisoo mengatakannya dengan mata memerah dan nafas yang terdengar berat. Di tangannya sudah siap vas bunga yang ia dapatkan beberapa hari lalu. Vas bunga kesukaannya dan bunga krisan yang menjadi favoritnya.

"Tapi Jisoo Appa, tidakkah harusnya kau malu pada putrimu saat kau melakukannya? Kau barusaja menghancurkan masa depannya. Putri kesayanganku ... kau-! Kau sudah merenggut masa depannya." Airmata itu tak bisa diabaikan. Kesedihannya karena perselingkuhan suaminya tidaklah membuatnya terlalu menyakitkan. Tapi, memikirkan maa depan putrinya setelah apa yang terjadi benar-benar membuat hatinya hancur.

"Bagaimana bisa kau melakukan itu? Dengan wanita jalang itu ... di kamar kita? Bagaimana bisa...?" tangis itu akhirnya pecah. Vas yang ada di genggamannya terjatuh namun tak sampai pecah, hanya retak sedikit. Dan retakan itu, yang tak bisa diperbaiki seperti semula.

Flashback end

Kabar barusan benar-benar menamparnya. Seharusnya, ia tiba lebih awal-tidak! Seharusnya, ia tetap menunggu ibunya di rumah sakit. Bukankah ia sudah membayar semua pengobatan ibunya? Lalu, kenapa ia tak berada di sana? Menjaganya setiap waktu, menyapanya di pagi hari, merawatnya dan menceritakan hal-hal bagus yang ia alami. Ya, harusnya begitu.

Bukan seperti ini! Ia datang saat ibunya telah berjuang sendiri melawan sakitnya dan beristirahat dengan damai di persinggahan terakhirnya. Panggilan dari dokter Park barusan seolah membuat jantungnya berhenti berdetak. Karenanya itu ia memutuskan untuk berlari sekuat tenaga menuju rumah sakit. Berharap jantungnya masih baik-baik saja dan kabar baik akan segera ia dengar. Namun, ternyata kabar lai yang ia terima.

Wanita itu jatuh terduduk dengan tatapan kosong saat raga Sang ibu dibawa oleh petugas rumah sakit dengann kain putih menutupi seluruh tubuhnya. Katakana jika ini bercanda.

"Jisoo-ya!" suara Jennie terdengar lantang dari arah koridor diikuti Bobby di belakangnya. Ia juga terlihat sedang menelepon seseorang sebelum menyusul Jennie dengan mempercepat larinya.

"Jisoo-ya?" panggil Jennie yang tak mendapat respon apapun dari Jisoo. Wanita itu masih dengan wajah yang sama. Tanpa airmata atau suara. Hanya tatapan kosong yang membuat Jennie semakin tersayat hatinya.

"Jisoo-ya, dengarkan aku! Kim Jisoo!!" Jennie berteriak sekuat tenaga dan berhasil menyadarkan Jisoo.

"Haaah ... Eomma, uri Eomma, apa yang terjadi padanya?"

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang