CHAPTER 33

43 15 0
                                    


~Salju yang turun perlahan ke bumi, mengisyaratkan seseorang untuk segera bergegas. Menyalakan briket untuk tetap menjaga kehangatan rumah dan segekas jahe panas untuk membuatmu tetap hangat. Senyuman yang terpatri saat kau menyaksikan jutaan gumpalan es itu menyelimuti dedaunan dan menjadi beku. Sama halnya dengan sebuah perasaan yang hadir dalam ladang di hatiku. Mengisyaratkanku untuk segera bergegas menyiapkan perasaanku jika kau ingin menyemai benih cinta itu, merasakan kesejukan dan kehangatan di waktu yang bersamaan. Apakah ini rasanya jatuh hati? Seperti menyambut salju yang menutupi dadaunan? Terasa dingin dan beku, namun juga hangat di waktu yang bersamaan?~

Beberapa jam sebelum menuju Magic Studio.

Jisoo tersenyum lega saat ia bisa merasakan lagi pinggangnya baik-baik saja. Pengobatan itu benar-benar luar biasa! Kini ia tahu mengapa banyak orang menginginkan untuk menjadi seorang dokter. Karena jika kau bisa membuat orang yang sakit mendapatkan kembali kesehatannya, rasanya benar-benar luar biasa!

"Apalagi dokternya cukup tampan. Apa karena itu aku cepat sembuh?" haruskah ia menemui dokter itu lagi untuk Jisoo memberikan ucapan terimakasih?

Namun ia mengurungkan niatnya saat bayangan seseorang terlintas di kepalanya. Datang begitu saja tanpa permisi dan membuat jantung Jisoo berdisko ria tanpa aba-aba.

"Kenapa dia selalu muncul tanpa diduga? Bagaimana jika jantungku bermasalah? Apa dia akan membawaku ke dokter tampan itu lagi? Aissh!! Ada apa denganku hari ini?!" Jisoo sampai memukul kepalanya sendiri karena pemikiran otaknya yang tidak beraturan. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaan rumahnya yang sudah tertunda selama beberapa hari dan menghubungi tempat kerjanya terdahulu untuk mengonfirmasi jika ia benar-benar akan berhenti bekerja.

Pagi itu, perasaannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Dimulai ketika Jisoo dengan sadar mengakui perasaannya kepada Hanbin. Membuat senyum cerah itu menerangi rumahnya yang selalu temaram.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan hari ini?" Jisoo berbicara sendiri sembari berhias di kamarnya. Kali ini ia memutuskan untuk mengikat separuh rambutnya dan menyisakan poni lembut di dahinya. Rambut yang hanya sebahu itu terlihat sangat sesuai membungkus wajah Jisoo yang mungil. Tak perlu banyak riasan karena ia cukup mengaplikasikan liptint peach yang ia beli bersama Jennie beberapa waktu lalu ketika mereka menghabiskan waktu di mall.

Untuk tema pakaian Jisoo hari ini –sebenarnya ia tak pernah memedulikan pakaian apa yang akan ia gunakan. Selalu dengan warna pucat dan polos di lemarinya. Bahkan ia tak memiliki gaun sama sekali! Semuanya adalah celana dan kaos, juga kemeja yang terlihat kuno dan menyedihkan.

"Kapan terakhir kali aku membeli baju?" Bahkan ia sendiri tak ingat. Sangat menyedihkan.

"Kurasa aku harus mengecat beberapa kaos untuk variasi warna," gumamnya sembari mengambil kemeja bergaris lusuh yang masih bisa ia banggakan dengan celana jeans kesayangannya. Sempurna! Begini saja!

Setelah puas mematut dirinya di depan cermin. Ia segera menghubungi Jennie. "Kau di mana? Ha? Oke! Tunggu aku di sana!"

Hari ini, apa yang akan mereka lakukan?

$$$$

Jennie tersenyum penuh arti setelah menutup telepon dari Jisoo. Membuat seseorang yang duduk di depannya mengernyitkan alisnya heran.

"Kau mau mengajaknya? Kenapa?" tanya Bobby yang sedikit heran mengapa Jennie harus mengajak Jisoo ke studio. Ini tida, masuk dalam agenda hari ini.

"Memangnya tidak boleh? Aku tidak bisa mengabaikan Jisoo tentang ini. Dia bagian utama dari semua ini.

Bobby mengernyit sekali lagi, "Kenapa bisa begitu?"

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang