CHAPTER 57

27 13 0
                                    



Jisoo benci jika kebiasaan ini terulang lagi. Menjalani hidupnya dengan semangat yang hilang dan dunia terasa membosankan. Meskipun sudah ada sosok Hanbin di sampingnya? Heol, itu akan menjadi hal yang berbeda. Meskipun Hanbin ada untuknya dan selalu memberikan apa yang ia butuhkan. Namun gangguan pada mental seseorang tetap saja tak bisa dihindarkan, ini tentang pergulatan diri sendiri dan saat ini Jisoo sedang mengalaminya. Tentu saja penyebabnya adalah ayahnya dan keluarga yang selalu ia banggakan itu.

Menikmati waktu sendiri di malam hari dengan berjalan-jalan santai sembari melihat orang-orang menghabiskan aktivitasnya yang beragam. Kehidupan begitu sederhana, ketika kau masih bisa bernapas tanpa perantara dan merasakan semilir angin menerpa wajahmu, maka kau harusnya bersyukur masih memiliki kesempatan untuk menikmati hidupmu.

Tapi, kenapa orang-orang justru membuat kehidupan yang sederhana ini menjadi sangat rumit? Membuat mereka melakukan hal yang seharusnya bisa mereka gunakan untuk hal lain yang lebih bermakna? Bahkan Jisoo juga merasa penasaran akan hal itu.

Kaki jenjang berbalut celana sport it uterus melangkah mendekati keramaian di salah satu sisi jalan –di mana terdapat dua anak muda yang bernyanyi dengan iringan gitar akustik dan suara jernih mereka. Si gadis yang terlihat manis dengan outfit-nya dan si pemuda yang juga terlihat good looking dengan penampilan casualnya. Mereka duo yang berhasil menarik atensi banyak orang, termasuk dirinya.

Untuk beberapa menit ke depan, Jisoo merasa cukup terhibur dengan dua-tiga lagu yang mereka bawakan. Tak jarang juga penonton ikut bernyanyi dan mengisi kotak yang sudah di sediakan itu dengan apresiasi berbentuk uang. Hal yang sama juga Jisoo lakukan –sebelum sebuah tangan tiba-tiba menariknya menjauhi kerumunan dan mengurugkan niatnya untuk menaruh uang itu di dalam kardus, sebaliknya uang itu terjatuh dengan malang sampai terinjak oleh seseorang.

Sruk!

"Lepaskan!" bentak Jisoo ketika tangan itu masih enggan melepaskannya dari tangan Jisoo. Dilihat dari postur tubuhnya, sangat mustahil jika itu adalah Hanbin dan lagi, jika itu memang Hanbin, sangat tidak mungkin laki-laki itu melakukan hal ini kepada Jisoo. Hanya ada satu kemungkinan jika sosok laki-laki itu adalah-

"Cho Seungyoon! Lepaskan aku!" Jisoo berusaha untuk melepaskan diri namun genggaman itu terlalu kuat hingga membuat Jisoo merintih kesakitan. Apa yang sebenarnya laki-laki ini inginkan?

Seungyoon membawa Jisoo ke tempat yang cukup sepi dan melepaskan tangan Jisoo. Terlihat bekas berwarna merah di pergelangan tangannya –cukup untuk menjelaskan seperti apa sifatnya. Laki-laki dengan titel Prince Charming itu sudah menunjukkan taringnya.

"Ada apa denganmu?" tanya Jisoo sembari memegang pergelangan tangannya. Ia sedikit menjauhkan dirinya dari Seungyoon. Suasana sekitar terlalu sepi, bahkan deru napas mereka terdnegar cukup jelas di sini. Sebenarnya, apa yang diinginkan laki-laki ini? Pikir Jisoo.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?" Pertanyaan yang secara tiba-tiba tertuju pada Jisoo. Membuat perempuan itu mengernyit heran. Sudah cukup ia dipusingkan dengan ayahnya, jadi sebaiknya Seungyoon tidak menambah permasalahan yang menjadi semakin rumit. Lagipula, apa yang Jisoo lakukan terhadap Seungyoon sampai membuat laki-laki itu seperti kesetanan?

"Kau tahu apa yang aku maksud, kenapa kau melakukannya padaku? Kau ingin membuatku cemburu? Apa sehebat itu Kim Hanbin sampai kau tak bisa melihat ketulusan orang lain?" Masih dengan racauan yang menurut Jisoo sama sekali tidak lucu. Bukankah seharusnya yang mengatakan demikian adalah dirinya? Tapi Jisoo sudah tak mengharapkan hal itu lagi. Sama sekali tidak mau.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan-" tak sempat Jisoo untuk menghubungi Hanbin karena ponsel miliknya saat ini berada di tangan Seungyoon.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang