CHAPTER 1

250 35 1
                                    

Itu terakhir kalinya.

Ia berdiri dengan gugup dan tak percaya diri didepan seorang laki-laki yang berhasil mencuri hatinya saat hari pertama sekolah. Cinta pertama yang penuh dengan makna. Meskipun itu bukan makna yang indah dan romantis. Namun kebalikannya.

Dengan wajah polos dan meronanya, ia memberanikan diri menyatakan perasaannya kepada Choi Seungyoon. Seniornya di sekolah yang begitu populer dikalangan siswi, Prince Charming, begitu mereka memanggilnya. Selain jago bernyanyi, ia juga salah satu siswa berprestasi di sekolah, menjadikannya memiliki banyak nilai plus yang sudah pasti mencuri banyak hati milik kaum hawa. Namun satu yang harus menjadi catatan untuk Jisoo, sebagai pengingat utama untuk ia menyiapkan mental setebal baja, bahwa Kang Seungyoon adalah seorang Playboy. Mungkin akan menjadi suatu tantangan untuknya jika bisa mendapatkan seorang Choi Seungyoon. Namun belum sampai ia menyatakan perasaannya-

"Maaf, tapi kau bukan tipeku," ia sudah tertolak terlebih dulu dan itu adalah pengalaman pertama dan terburuknya selama hidupnya. Dan hari itu, adalah hari terakhirnya menyukai seseorang.

Sampai saat ini, di usianya yang genap 24 tahun, di hari ulang tahunnya yang ia rayakan sendiri, Jisoo tak berharap tentang seorang laki-laki. Satu spesies itu tidak akan ia masukkan dalam daftar impiannya.

"Aku berharap memiliki banyak uang, jadi aku bisa segera keluar dari tempat menyedihkan itu dan memiliki rumah sendiri!" dengan penuh penghayatan ia memanjatkan doanya dan api itu seketika padam.

"Aish!! Bahkan alam pun tidak mendukung keinginanku," sedikit putus asa. Ternyata angin malam yang meniup lilinnya. Apakah itu benar jika alam tidak mendukungnya?

Ia memakan cupcake-nya dengan lahap dan beralih pada ramen yang sudah siap ia seduh. Tak hanya itu, ada juga kimbab kemasan dan sosis yang ia dapat dari produk yang kadalwarsa hari ini.

"Seharusnya kau juga merayakannya dengan soju," ujar Jennie yang masih memakai rompi kerjanya dan dialah yang dengan senang hati memberikan Jisoo semua makanan itu, minus cupcake yang Jisoo beli sendiri dari toko kue saat perjalanan pulang dari bekerja.

"Tidak asyik jika hanya aku yang minum, shift-mu kan belum berakhir," ujar Jisoo. Ia sibuk memasukkan ramen kedalam mulutnya, bergantian dengan kimbab dan sosisnya. Terlihat enak saat melihatnya makan dengan begitu lahap.

"Kau ada kimchi yang kadaluwarsa hari ini?" tanya Jisoo dengan mulut penuh makanan. Jennie mencebik, kebiasaan Jisoo yang satu ini benar-benar sulit untuk dihilangkan.

"Menjijikkan, telan dulu makananmu!" bentak Jennie yang langsung bangkit untuk mengambilkan Jisoo kimchi. Beruntung masih ada satu dan itu hanya untuk seseorang yang sedang berulang tahun hari ini.

"Terimkasih! Kau benar-benar penolongku!! Aku doakan kau-"

"Hush! Sudah! Aku tak mau doa darimu, cukup kau hidup dengan senang saja sudah cukup! Dan hilangkan kebiasaan burukmu itu! Pantas kau tak pernah mendapatkan kekasih!" sergah Jennie. Ia terlalu malas untuk mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut Jisoo. Ia harus segera melanjutkan pekerjaannya saat tiga remaja memasuki minimarket tempat ia bekerja.

Jisoo hanya mengangguk dan kembali melanjutkan acara makannya.

"Hidup begitu menyenangkan jika kau bisa makan gratis dan juga, aku tak ingin mengenal yang namanya laki-laki...hahahaha," beruntung tak ada orang lewat saat ini karena jika ada, sudah pasti ia akan sangat malu karena tawanya yang mengerikan itu.

&&&&

Langkahnya terhuyung dan hampir saja terjerembab kedepan jika ia tak cukup reflek untuk menahan berat tubuhnya pada dinding. Setelah menunggu jennie selesai shift-nya, mereka meneruskan perayaan ulang tahun Jisoo dengan minum soju dan bir di kedai pinggir jalan, ditemani satu porsi telur gulung dan ikan kering yang menjadi sasaran Jisoo sepanjang mereka minum.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang