CHAPTER 32

54 16 13
                                    


Rudy ternganga tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. bahkan Jichu yang berdiri di sebelahnya sampai menatap Rudy tak percaya jika laki-laki itu akan bereaksi seperti ini.

"Kau baru sadar jika Jendeuki secantik itu?" tanya Jichu diluar ekspektasi keduanya. Bahkan, Jendeuki sampai tersipu karena pertanyaan Jichu.

Namun gelengan Rudy seolah mematahkan semua ekspektasi tersebut. Ia menatap tepat kea rah Jendeuki yang berdiri di depannya, namun jika diamati lebih jeli lagi, bukan Jendeuki yang menjadi objek Rudy, melainkan sesuatu yang ada di belakang Jeundeuki. Tepatnya di belakang istana megah milik Jendeuki.

Di mana sebuah pemandangan pegunungan yang amat sangat indah. sinar mentari yang menyembul malu-malu dari balik gunung dan hamparan padang sabana yang tak bisa membuat Rudy berpaling darinya.

Langkahnya melewati Jendeuki yang menatap tak percaya apa yang baru saja terjadi. Di matanya saat ini, hanya ada pemandangan indag itu, yang membuat jantungnya berdebar.

"Ini luar biasa!"

Sepanjang perjalanan pulang, tak ada yang mereka bicarakan. Jisoo memilih untuk bungkam seribu suara dan Hanbin tak tahu harus memulai dari mana. Suasana hatinya sedang tidak stabil saat ini meskipun sebelumnya ia merasa melayang karena Jisoo.

"Kurasa kau tahu kenapa au seperti ini," tiba-tiba Jisoo bersuara dan membuat Hanbin terhenyak.

"Hm? Ah, aku tidak tahu yang sebenarnya. Tapi, melihat dari reaksimu yang seperti itu ... mungkinkah dia ... ayahmu?"

Jisoo menghela napas, "Ya, dan dia berhasil membuat perasaanku berantakan. Orang pertama yang selalu menghancurkan perasaanku," ujar Jisoo.

Hanbin menggenggam tangan Jisoo dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain tetap pada kemudi. Ia berusaha untuk menguatkan Jisoo meskipun tak ada perubahan yang berarti.

"Dia bahkan bisa tersenyum dengan lebar setelah apa yang ia lakukan pada kami di masa lalu. Kurasa, ia juga tak menerima pesan terakhir dariku." Ya, bahkan saat itu Hanbin tahu betul bagaimana menderitanya Jisoo.

"Tapi ... bolehkah aku balas dendam padanya?"

Hampir saja Hanbin menginjak rem mobilnya dengan tajam karena mendengar pertanyaan Jisoo yang mengejutkan. Meskipun ia tetap melakukannya dan itu berakibat pada kepala mereka yang hampir membentur dashboard.

"Yak!"

"Apa?! Kau barusan bilang apa?"

$$$$

Bobby dan Jennie memasuki ruang latihan yang terlihat sepi malam ini, entah di mana semua orang dan lagi, ini sudah lewat dari jam latihan. Hanya Jennie yang akan bertahan di ruang latihan ini hingga larut malam dan kembali ke rumahnya menjelang pagi jika ia mendapat shift siang part time.

Keduanya menatap pantulan kaca di depan mereka. Dua orang dengan refleksi diri mereka masing-masing.

"Kau akan diam saja seperti ini?" tanya Bobby karena mendapati Jennie tak beranjak dari posisinya dan justru menatap kosong dirinya sendiri.

"Aku selalu melakukannya, menyanyi, menari, menulis lagu, bahkan aku berlatih rapp dengan semua kemampuan yang aku miliki. Penilaian setiap bulan aku selalu melakukannya, Bahkan aku berlatih lebih dibandingkan dnegan mereka. Tapi-! Tapi kenapa aku tak pernah bisa mencapai impianku? Katakan padaku kenapa aku tak bisa mencapainya?! Katakan apa alasannya?! Kenapa mereka tak pernah memeberitahuku alasannya?! Kenapa?!" tangis itu akhirnya pecah. Pertanyaan yang selama ini tertahan di dadanya, akhirnya keluar.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang