CHAPTER 35

39 13 0
                                    


Apa ini hari terbaik untuk sepasang kekasih yang baru saja mendeklarasikan hubungan mereka? Pagi yang indah untuk sebuah sambutan hangat dari perempuan cantik yang baru saja membuka pintu rumahnya dengan celemek merahnya. Tak hanya semyum manis yang membuat Hanbin merasa ringan saat ini, namun juga aroma lezat yang berasal dari dapur membuatnya semakin tak sabar untuk masuk ke dalam.

"Kau pasti akan terkejut!" ujar Jisoo sembari memberikan jalan untuk Hanbin. Apa ada kejutan hari ini? Kenapa Hanbin merasa berdebar? Kerlingan matanya membuat Jisoo tak tahan untuk mencubit pinggangnya.

"Apa ini yang kau lakukan pada kekasihmu dulu?" tanyanya.

"Kenapa kau justru menanyakan masa lalu? Aku sudah menghapusnya dari ingatanku," sergah Hanbin. Membicarakan masa lalu adalah hal terburuk untuknya saat ini.

Keduanya sudah berada di meja makan dan lihatlah apa yang terjadi di sana. Menu sarapan lengkap yang baru saja Jisoo buat. Bahkan hari ini Jisoo membuat Japchae, makanan kesukaan Hanbin.

"Wah! Kau benar-benar membuatnya?"

Jisoo mengangguk, "Dan kau harus tahu jika aku adalah pembuat Japchae terenak yang pernah kau makan," jawab Jisoo bersamaan dengan satu sumpit Japchae yang tertuju ke arah Hanbin. "Bagaimana?" tanyanya. Ia memiliki firasat bagus untuk ini.

Dan lihatlah ekspresi menyenangkan hati itu, disambut dengan tatapan kemenangan seorang Jisoo. Bahwa sebenarnya perempuan itu cukup menjanjikan dalam pekerjaan di dapur, hanya saja ia tak pernah menunjukkan skill memasaknya pada siapapun kecuali Jennie dan mendiang ibunya.

"Bagaimana bisa kau membuatnya seenak ini?! Bahkan ibuku tidak bisa membuatnya selezat ini?!" tanpa menunggu lama lagi, Hanbin segera menyantap sarapannya sembari tetap mengobrol ringan dengan Jisoo. Pagi yang benar-benar sempurna untuk sepasang kekasih ini.

"Ah! Iya, kau tak pernah menceritakan tentang orang tuamu padaku," ujar Jisoo. Ia mengambil satu telur gulung dan memberikannya kepada Hanbin.

"Karena kau tak pernah bertanya," jawab Hanbin. Ah, benar juga. Jisoo juga melakukan hal yang sama kepada Hanbin. Ia tak pernah menceritakan tentang ibunya kepada Hanbin dan membiarkan Hanbin mengetahuinya sendiri .

"... ya, aku juga melakukan hal yang sama padamu, tidak seharusnya aku bertanya seperti itu."

"Tapi kau berhak tahu, karena kau kekasihku sekarang," ujar Hanbin. Ia sudah selesai dengan sarapannya dan meraih tangan Jisoo, menggenggamnya lalu menatap sepasang manik jernih milik Jisoo.

"Orang tuaku ... meninggal saat aku masih kecil karena kecelakaan, dan aku tinggal di panti asuhan sampai usiaku 15 tahun sebelum aku memutuskan untuk ikut audisi dan menjadi trainee selama 4 tahun dan akhirnya aku berhasil debut, sampai saat ini," jelas Hanbin. Sebuah cerita kehidupan yang tak pernah Jisoo sangka sebelumnya. Sesosok laki-laki luar biasa dengan lagu-lagunya itu ternyata menyimpan pengalaman kelam tentang masa lalunya. Hal yang tak ingin ia bicarakan, namun Jisoo memaksanya untuk mengatakannya.

"Maaf, aku tidak tahu-"

"Kenapa kau harus minta maaf? Aku baik-baik saja dengan itu? Sudah lama sekali sampai aku sudah lupa bagaimana rasanya kehilangan kedua orang tuaku. Meski awalnya memang menyakitkan, tapi saat itu aku masih terlalu kecil untuk merasakannya. Jadi, yang aku ingat hanya aku tak bisa memanggil eomma dan appa seperti teman-teman memaggil orang tua mereka. Maka dari itu, aku selalu menyibukkan diri dengan membuat lagu dan begitu seterusnya ... sampai saat ini."

Dan lihatlah senyum cerah berseri itu yang tidak Jisoo temukan kesedihan di sana. Entah ia memang pintar menyembunyikannya atau memang ia sudah meninggalkannya di ruang yang tak ingin ia buka lagi. Saat ini, yang Jisoo lihat hanyalah tatapan penuh harapan dari seorang Kim Hanbin.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang