CHAPTER 44

43 14 16
                                    


~Satu tempat yang selalu ingin ku tuju, tempat di mana aku bisa menatap kota Seoul dengan leluasa, menikmati semilir angin dan menggenggam tangan seseorang. Dulu, aku ingin melakukannya bersama dengan eomma. Tapi, kini ada seseorang yang bersedia menggantikan genggaman tangan itu yang lebih hangat, dan lebih kuat.~

-Jisoo-

Seperti rencana mendadak yang sebelumnya mereka sepakati. Kini, Hanbin dan Jisoo sudah berada di puncak Namsan untuk menikmati pemandangan malam yang indah dan dingin. Bersama dengan pasangan lain yang juga datang untuk menghabiskan quality time mereka. Perasaan aneh sekaligus hangat bisa Jisoo rasakan saat ini, bagaimana ribuan gembok itu terpasang dengan berbagai kata dan impian pasangan yang melakukannya. Tanpa ia sadari, Hanbin sedari tadi mengamatinya.

Laki-laki itu datang menghampiri Jisoo dan berdiri di sampingnya. "Kau ingin melakukannya juga?" tanya Hanbin. Jisoo menoleh dan tersenyum.

"Haruskah kita melakukannya?" bukannya menjawab, melainkan Jisoo melayangkan pertanyaan balik kepada Hanbin.

"Tapi aku tak membawa gemboknya, kita harus beli dulu baru bisa memasangnya," jawab Hanbin. Benar saja, ia tak membawa gembok yang menjadi alasan utama para pasangan datang kemari, untuk membuktikan jika cinta mereka akan tetap abadi.

"Lagipula, mau dipasang atau tidak. Apa sebuah perasaan cinta harus dibuktikan dengan symbol gembok?" Sebuah pertanyaan yang cukup menarik. Pertanyaan yang tak pernah Hanbin duga sebelumnya.

"Lalu? Bagaimana untuk membuktikan sebuah perasaan cinta kepada seseorang?"

Jisoo berbalik meninggalkan deretan gembok cinta tersebut dan berjalan menuju sisi lain dari menara untuk memandang kota Seoul dari kejauhan.

"Aku juga tidak tahu jawabannya, jika aku tahu, sudah pasti aku menjadi seorang pujangga 'kan?" Jisoo menjawabnya dengan sebuah ledekan yang membuat Hanbin terkikih, ia menyusul Jisoo dan memeluknya dari belakang, mencoba membagi kehangatan di malam yang dingin ini.

"Kalau begitu, kita harus mencari jawabannya, lalu setelah itu kita akan memasang gembok kita di sana, bagaimana?" tanya Hanbin, ia semakin mengeratkan pelukan itu, mencoba menyesap lebih dalam aroma lilac shampoo milik Jisoo. Harum dan memabukkan. Hanbin tak ingin mengakhiri mala mini dengan cepat, begitupula dengan Jisoo. Keduanya ingin menikmati waktu mereka lebih lama lagi.

$$$$

Hampir dua jam mereka bertahan di puncak Namsan dan kini memutuskan untuk kembali saat cacing di perut Jisoo mulai aktif. Ternyata, hampir seharian ini ia lupa mengisi perutnya, saking sibuknya melayani pelanggan yang kebetulan ramai di hari itu. Satu catatan yang perlu diingat oleh Jisoo mulai saat ini. Hari pertama bekerja yang selalu ramai pengunjung. Hal itu benar terjadi untuk kedua kalinya. Namun beruntung ada Dara yang bersedia dengan telaten membantunya, membuat Jisoo tidak terlalu tertekan.

"Kau pasti sangat menikmati hari pertamamu ya?" tanya Hanbin ketika mereka sudah sampai di sebuah restoran untuk makan malam.

"Hm, kurasa tidak sepenuhnya. Banyak pelanggan dengan motif tertentu hanya untuk mendapat perhatian dariku," jawab Jisoo yang membuat sebelah alis Hanbin terangkat tinggi.

"Apa maksud ucapanmu itu?" Hanbin bertanya dengan nada yang tidak bersahabat.

"Kau cemburu?"

"Jika bisa dikatakan begitu ... ya!" Hanbin semakin memperjelasnya, membuat Jisoo tertawa lepas. Kekasihnya ini benar-benar berkata terus terang.

"Kau bangga bisa membuatku terlihat seperti pengecut?" Sebuah pembicaraan yang mengandung alarm merah. Salah satu topik pembicaraan yang sebaiknya dihindari oleh pasangan kekasih.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang