NB : Karena besok sepertinya author tidak ada waktu untuk publish cerita ini. Jadi malam ini aja ya? Karena author tidak mau mengecewakan kalian semua. Jadi ... khusus malam ini, Bin-Soo dan Jen-Bob hadir lebih awal!
Selamat membaca!!!
Langkah ringan seorang Jichu yang baru saja mendapatkan bunga setelah seharian mencari di tepi sungai, akhirnya ia menemukannya tumbuh tepat di bawah pohon prem yang legendaris itu. Bunga cantik yang kesepian. Meskipun ia tumbuh dengan amat cantik dan menawan, namun ia sangat kesepian. Oleh karena itu, Jichu memutuskan untuk membawanya ke rumah dan menjadi temannya. Ia dan Jeundeuki akan merawat bunga itu dengan sepenuh hati sebegai teman baru mereka.
Namun langkah yang membuatnya bahagia itu tiba-tiba terhenti saat ia mendapati seorang anak laki-laki terkapar menyedihkan di tengah jalan. dengan rasa penasaran yang memuncak itu, Jichu mencoba mendekat dan berniat menolongnya.
Terlihatt anak laki-laki itu seusianya dan lihatlah wajah tampannya! Dia begitu tampan sampai rasanya langit yang mendung saat ini terlihat terang seperti tengah hari. Hanya melihatnya sekilas saja, Jichu merasa senang.
"Hai! Kau baik-baik saja?" tanyanya mencoba memastikan keadaan anak itu baik-baik saja.
Tak ada jawaban dari anak laki-laki itu hingga Jichu membalik tubuhnya. Ternyata ia terluka! Dengan luka besatan cukup lebar di dadanya dan wajahnya pucat penuh dengan keringat dingin.
"Oh tidak! Aku harus segera membawanya!" Ia menyimpan bunga cantik tanpa nama itu di saku bajunya dan menuntun anak laki-laki itu menuju ke gubuknya.
Sepanjang perjalanan yang sangat panjang, Jichu terus mencoba menyadarkan anak laki-laki itu meski rasanya tidak mungkin. Tubuh mungil yang berbanding terbalik dengan tubuh besar anak laki-laki itu membuat Jichu terlihat semakin menyedihkan. Namun ia harus tetap sampai di gubuknya dengan selamat agar ia bisa menolong anak laki-laki ini.
Pagi ini, Jisoo berencana untuk jongging di sekitar rumahnya selama beberapa menit sebelum menuju ke toserba Jennie untuk sarapan bersama. Sejak kepergian ibu Jisoo, Jennie memutuskan untuk melakukan sesuatu bersama Jisoo sesering mungkin. Anggap saja ia ingin membayar apa yang sempat ia lewatkan selama ini dan Jisoo menyetujuinya. Lagipula, sisa libur Jisoo tinggal hari ini dan ia ingin memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.
Ia mengeratkan tali sepatunya sekali lagi agar tidak terlepas. Meskipun udara cukup dingin pagi ini, namun tak menyurutkan niat Jisoo untuk berlari, menembus angin dan menghirup pasokan oksigen sebanyak-banyaknya. Ia ingin merasakan bernafas dengan lega setelah sekian lama.
"Sudah berapa lama aku tidak berolahraga?" ia berbicara dengan dirinya sendiri sambuil berlari kecil mengelilingi taman dimana ia dan Hanbin bertemu di sini beberapa hari yang lalu.
Hanbin. Entah mengapa nama itu menjadi sangat familiar di kepalanya. Terlepas dari statusnya sebagai seorang idol dan penulis lagu, di matanya, ia hanya seorang laki-laki yang bergantung padanya. Bisakah Jisoo berkata seperti itu? Ya, bagaimana tidak? Disaat Hanbin berada dalam kesulitan, disitulah Jisoo ada meksipun tidak sengaja. Jadi, apa ia bisa sedikit menyombongkan diri jika ia adalah orang yang berjasa di hidup Hanbin? Yah, sejak Hanbin pindah di bawah rumahnya?
Jisoo tertawa memikirkannya. Bagaimana bisa pertemuannya dengan Hanbin berjalan dengan sekonyol itu? Siapa yang akan menyangka jika orang yang hampir pingsan karena membawa kopernya adalah seorang penulis lagu terkenal?
"Ini-"
"Ini benar-benar gila!" tiba-tiba langkah Jisoo terhenti. Ia celingukan mencari dimana suara itu berasal dan menemukannya di balik pohon. Dua wanita yang juga tengah melakukan olahraga pagi dan sepertinya sedang istirahat dengan benda kotak datar di tangan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUMP (Completed)
FanfictionKetulusan hati yang dipermainkan membuat mereka tak percaya lagi pada apapun yang tak bisa mereka lihat dengan pasti. - Jisoo dan permasalahan hidupnya, ia harus melakukan banyak hal untuk tetap bertahan dan mewujudkan impiannya menjadi seorang pen...