CHAPTER 3

110 28 1
                                    



"Terimakasih untuk traktiranmu, Hanbin-ssi, aku benar-benar berterimakasih!" ujar Jisoo dengan tulus. Ia bahkan tak terpikirkan akan makan sup ayam hari ini. Hanya berpikir untuk makan ramen di malam ini.

"Aku yang harusnya berterimakasih, kau sudah banyak membantuku hari ini," balas Hanbin yang tak kalah tulus, ia sendiri tak tahu apa yang akan ia lakukan jika tak ada Jisoo saat itu.

"Kalau begitu, selamat malam! Kau harus langsung beristirahat. Aku akan kembali ke kamarku! Jika ada sesuatu, langsung panggil aku saja, aku ada di lantai paling atas," ujarnya dan tak lama kemudian ia sudah menghilang di balik tangga.

"Ya, aku harus istirahat sekarang," sejenak ia memeriksa ponselnya dan tak menemukan notifikasi apapun, membuatnya menghela nafas panjang dan segera menutup pintunya. Ingat, ia harus beristirahat. Pikirkan tentang beberes besok, ia harus mandi dan tidur. Berharap Chanwoo tidak bisa tidur nyenyak malam ini.

"Awas kau Chanwoo, berani-beraninya kau menipuku!"

Hanbin merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya, rasanya begitu menyegarkan setelah mandi dengan air dingin. Rumah sewa ini tak terlalu besar, hanya memiliki tiga ruangan besar dan kamar mandi. Satu televisi di ruang depan dan kulkas minimalis dua pintu dan dapur minimalis yang didesain dengan cukup apik meskipun berada di daerah yang cukup sepi dan susah dijangkau. Beranda kecil yang dimiliki juga cukup strategis untuk menikmati pemandangan kota Seoul dari sini sambil menikmati minuman hangat dan sedikit cengkerama untuk menemani suasana. Tidak buruk juga, hanya saja ia cukup mengeluhkan jalan yang nanti akan ia lalui. Bagaimana dengan mobilnya? Apakah akan baik-baik saja disana? Apa ia menjualnya saja?

"Argh!!! Kepalaku sangat pusing!" ia tak ingin memikirkan apapun saat ini, namun semua permasalahan itu tetap muncul di otaknya seperti iklan sabun yang ia benci.

Meski ia cukup lelah namun ia tak bisa terlelap dengan cepat. Koper di samping tempat tidurnya mengganggu pikirannya, jadi ia membukanya. Hanya beberapa setelan pakaian yang ia bawa, selebihnya adalah laptop dan buku-buku puisi dan sajak yang sampulnya sudah kusut dan bahkan ada yang hampir robek dan buku lagu yang ia ambil.

My Type, judul pada halaman pertama yang tertulis disana, dengan gambar bunga dahlia di ujung kertas dan sebuah nama yang ia tulis dengan tinta merah-Yerin. Ia tersenyum simpul membaca nama itu dan membaca setiap lirik demi lirik yang ia tuangkan dalam lembar kertas kusam itu.

Kau tipeku, kau tipeku

Bahkan jika kau tidak mengatakan apa-apa, aku merasakannya

Dari kepala ke jari-jari kakimu, semuanya

Kau tipeku,

Ketika aku melihatmu, aku sangat begitu menginginkanmu, aku jadi gila

Aku memikirkanmu bahkan sebelum aku pergi tidur, pow

Hanbin menghela nafas, lagu pertama yang ia tulis untuk Yerin. Saat pertama kali ia melihat Yerin dengan skinny jeans dan sepatu kets-nya, mengenakan cardigan rajut kebesaran yang entah mengapa saat itu langsung menarik peratiannya. Gadis dengan rambut sepinggang yang tergerai membingkai wajah chubby-nya, dan senyum lembut yang membuatnya tak bisa menahan bibirnya untuk ikut menyunggingkan senyum juga. Benar-benar penuh pesona. Nostalgia dengan cinta pertamanya yang tanpa sadar mengantarkan Hanbin pada mimpi panjangnya.

&&&&

Berbanding terbalik dengan Jisoo yang harus bekerja keras membersihkan rumahnya di malam hari. Semua sampah yang menggunung itu membuatnya ngeri.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang