CHAPTER 8

61 20 4
                                    


Jika hujan bisa meluruhkan semua penderitaan di dunia ini, mungkin saat ini semua orang akan merayakannya dengan menari di bawah hujan dengan perasaan gembira, sangat gembira! Mereka bisa menari sampai pagi asalkan kelegaan dalam hati mereka benar-benar membekas di hati.

Namun sepertinya khayalan tentang keajaiban itu terlalu tinggi, berharap untuk memenangkan lotre yang sangat Jisoo inginkan meski hanya sekali seumur hidupnya. Jika tidak, ia hanya ingin melihat ibunya membuka matanya.

"Eomma~ apa Eomma tidak penasaran dengan kabarku? Apa kau marah karena aku tidak pernah menjengukmu? Kau tega sekali," Jisoo meraih tangan ibunya yang dingin dan menggenggamnya dengan kedua tangan untuk memberikan sedikit kehangatan. Suasana ruangan ini terlalu sunyi untuk lima orang penghuni kamar rawat karena mereka sudah terlelap semuanya. Dan lagi, hujan di tengah malam yang membuat Jisoo semakin enggan untuk pulang. Namun ia harus tetap pulang 'kan?

"Mau sampai kapan kau seperti ini? Rumah terasa sangat kosong dan aku kesepian," sedikit demi sedikit, perlahan dan pasti, liquid bening itu meluncur dengan bebas menuruni pipi tirusnya, dan isakan lirih mulai terdengar, sebisa mungkin ia tak menganggu pasien yang sedang beristirahat. Jadi, ia membungkam mulutnya dengan saputangan yang ia bawa.

Hari ini sangat melelahkan. Hari pertamanya berkerja yang harus ia lewati dengan luar biasa.

"Ini hari pertamaku bekerja, Eomma tahu? Ternyata pelanggan swalayan lebih mengerikan dari Si tomat merah itu. Mulut mereka lebih ringan dari atasanku, dan mata mereka lebih jeli dibanding mataku. Wah!!! Mereka benar-benar luar biasa! Aku sampai tidak bisa berkata-kata. Apa aku harus belajar padanya Eomma?"

Sebuah pembicaraan yang tak jelas arahnya. Bagaimana bisa ia ingin belajar tentang hal itu? Ingin merusak citranya sebagai seorang anak dan seorang gadis? Jisoo harus memikirkannya berulang kali untuk meyakinkan jika pemikirannya itu benar-benar gila.

Kruyuk....

"Ah, aku lapar lagi. Apa Eomma tahu obat untuk pengganjal lapar? Dimana aku bisa mendapatkannya? Ini benar-benar membuatku gila," biacranya sudah tidak tentu arah, tentu saja itu karena efek kelaparan yang sudah tak bisa ia tunda lagi.

Jisoo membenarkan selimut milik ibunya dan sempatkan untuk mengecup sejenak kening Sang ibu sebelum ia berpamitan pulang. Meski di luar masih hujan, namun ia tak punya pilihan lain selain pulang, atau mungkin ia bisa mencari makan sambil berteduh, menunggu hujan reda.

Jika julukan 'kupu-kupu malam' adalah untuk mereka-para gadis yang bekerja di malam hari. Maka julukan itu pun sepertinya berlaku untuk Jisoo, namun dengan satu garis bawah 'berkeliaran di malam hari' karena setiap malam ia masih berkeliaran di jalan untuk mencari makan sebelum akhirnya pulang ke rumahnya.

"Bagaimana bisa aku sampai di rumah jika hujan deras begini?"

$$$$

Untuk kali pertama, seorang Kim Hanbin benar-benar pingsan hanya dengan seteguk soju yang Chanwoo berikan padanya. Membuat acara minum tiga laki-laki putus asa itu sama sekali tidak asyik, penuh dengan ejekan untuk Hanbin yang sangat payah dalam minum, dan mengutuk kebodohan Chanwoo yang dengan nekatnya memberi Hanbin Soju serta menyalahkan diamnya Seungri yang melihat kejadian ini. Kedua orang yang saling menyalahkan dan berakhir dengan pengakuan masing-masing.

"Kau harus minta maaf Hyung, kita sudah menumpang di mobilnya dan membuatnya pingsan," ujar Chanwoo yang tak tega melihat Hanbin terkapar tak berdaya di sampingnya. Dan lagi, semua makanan ini Hanbin-lah yang membayarnya.

"Kenapa aku? Dia yang meminta sendiri untuk minum soju, dan aku hanya membantunya untuk mewujudkan keinginannya," jawab Seungri dengan santai. "Sesekali ia juga harus menantang dirinya dan merasakan bagaimana nikmatnya segelas soju," sambungnya lalu menenggak soju yang baru saja ia tuangkan. Malam ini mereka akan minum semalaman hingga pingsan.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang