CHAPTER 50

45 10 4
                                    


Dua insan yang tengah menghabiskan waktu bersama di sore hari, ditemani secangkir teh beraroma mint dan tatapan mata yang fokus pada senja yang sebentar lagi akan tenggelam. Hanbin meraih tangan Jisoo, merasakan tangan lembut itu terasa dingin. Hari yang penuh kejutan selalu menyambut mereka.

"Maaf," lagi-lagi ia mengatakannya. Membuat Jisoo menoleh.

"Kenapa kau selalu minta maaf?" tanya Jisoo. Sudah kali keberapa Hanbin mengucapkan satu kata yang membuatnya muak itu?

"Jangan mengatakannya lagi atau aku akan menendangmu," ancaman yang selalu Jisoo andalkan, tapi Hanbin tak merasa takut lagi. Lihat saja wajahnya yang terkesan menantang itu? Ia pikir bisa membuat Jisoo takut?

"Kau yakin aku tidak akan melakukannya? Aku serius."

Tak ada komentar dari Hanbin, ia memilih meminum tehnya hingga tandas. Para reporter sudah pergi karena tak berhasil mendapatkan apapun, Bobby dan Jennie juga sudah pulang. Kini, tinggal mereka berdua yang harus menyelesaikan urusan mereka.

Tapi, tak ada yang mereka bahas sampai saat ini, hanya diam dan menunggu salah satu dari mereka membuka suara. Jika tebakannya adalah Jisoo, maka seharusnya benar. Namun kali ini, Hanbin yang berinisiatif untuk memulai pembicaraan.

"Aku tidak akan mengatakannya lagi. Tapi ... kenapa kau tak langsung menghubungiku jika kau mendapat perlakuan seperti itu dari orang-orang?"

Tak ada jawaban, Jisoo masih diam di tempatnya, bibir yang mengatup rapat, seakan tak membiarkan siapapun untuk membukanya. Siapa sebenarnya di sini yang bersalah? Kenapa mereka harus bersikap canggung seperti ini?

Akhirnya, walau helaan napas, setidaknya Jisoo mau merespon Hanbin. Perempuan itu kini mengambil cangkir tehnya yang sudah dingin, menyesapnya pelan-pelan –mencoba menikmati teh berperisa mint yang sebenarnya tak ia sukai. Tapi, entah kali ini ia ingin meminumnya. Hanbin hanya memerhatikan raut wajah Jisoo yang terlihat kecut itu, tapi ia hanya membiarkannya, bisa-bisa ia salah bersikap dan membuat Jisoo semakin kesal.

"Apa dulu ... perasaan ini yang kau rasakan? Ketika skandal itu muncul?" pertanyaan dari Jisoo yang tak bisa diperdiksi.

"Ha? Kenapa ... kau menanyakan itu?"

"Pasti sangat sulit untuk mengatasinya, apalagi dengan orang biasa sepertiku. Mereka akan dengan puas mengekspresikan kemarahannya dibanding umpatan yang memenuhi kolom komentar," jelasnya panjang lebar. Jisoo bisa merasakan tekanan yang ia dapatkan ketika orang-orang menatapnya dengan sinis dan lemparan telur yang menyerangnya.

"Dibanding merasa takut dan trauma. Aku lebih berpikir tentang betapa sulitnya menjadi seorang public figure yang harus tampil dengan sempurna baik di depan kamera atau saat mereka sudah melangkahkan kakinya keluar rumah. Mereka ... seolah harus menjadi orang lain dan membuat orang-orang berpikir jika mereka adalah orang yang suci. Hanya memikirkannya, membuatku merasa benar-benar tertekan," ujar Jisoo panjang lebar. Hanbin diam menyimak.

"Apakah kau juga merasa seperti itu?" tanya Jisoo.

Hanbin tersenyum dan menarik Jisoo ke dalam pelukannya, angin malam semakin menusuk, namun mereka enggan untuk beranjak. Menikmati malam sekaligus mendinginkan kepala dan emosi mereka. Jadi, benar apa yang dikatakan orang bahwa mereka yang sedang merasa stress cenderung menghabiskan waktu sendiri di luar –terutama malam hari. Satu waktu yang sangat bagus untuk merenungkan diri sendiri.

"Ya, awalnya juga aku merasa seperti itu, kadang saat kita berada di posisi yang benar-benar kita inginkan, semua yang kita perjuangkan terwujud. Akan ada satu waktu yang membuat kita merasa bisa memiliki segalanya, bersikap serakah dan melakukan apapun untuk kesenangan kita, hingga akhirnya menyebabkan sebuah rumor bahkan skandal yang tak bisa dihindari. Jika fans dan orang-orang menerima, maka oke! Mereka berhasil melakukannya. Tapi jika tidak? Kau tahu apa yang sudah terjadi selama ini," jawab Hanbin tak kalah panjang. Mengingat bagaimana ia dulu yang masih mengandalkan egonya dan menganggap semuanya bisa diatasi dengan baik.

JUMP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang