Chapter -21-

565 48 24
                                    

                   Selamat Membaca
 
   Semoga kita terjauh dari covid 19

-----------------------------------------------------------

Malam Minggu hari keramat bagi seluruh personil Wolfgang dan Geng Fire yang membawa seluruh pasukan dengan jumlah tidak sedikit. Persiapan malam itu sudah matang, bendera-bendera kebesaran Wolfgang dan Geng Fire memenuhi seluruh akses jalan sehingga pengendara lain memilih untuk putar balik dari pada berurusan dengan kedua Geng yang terkenal meresahkan warga.

Delano masih melakukan persiapan di rumah dengan segala atribut Wolfgang lengkap membalut tubuh kekarnya. Delano mengenakan jaket jeansnya berlambang serigala dan sepatu kets berwarna coklat. Tatapannya sangat tajam dan penuh kemarahan. Langkah tegasnya seakan memecahkan segalanya.

"Gue nggak akan kalah malam ini!"  Delano mengepalkan tangan berototnya.

Delano keluar dari kamarnya dengan langkah penuh amarah yang di pendam. Dia terlebih dahulu menghampiri Marta lalu mencium tangannya.

"Ma, Delano berangkat dulu." Delano dengan sopan mencium tangan Marta.

"Mau kemana sayang malem-malem gini?" Marta tersenyum melihat putra semata wayangnya yang tumbuh dan gagah.

"Ada urusan sebentar, Ma." Delano tersenyum balik kepada Marta.

"Hati-hati sayang." Marta melambaikan tangannya saat Delano sudah terlanjur pergi.

Barisan motor CR-V memenuhi simpang jalan Panglima Soedirman. Malam yang cerah bertabur bintang dan cahaya lampu menerangi kota membuat seluruh anggota geng motor terlihat semakin memanas. Malam itu Delano dengan sigap menerobos para anggota yang memadati jalan untuk konvoi. Lalu, Delano menghentikan motornya tepat di depan anggota gengnya.

"Kita, selalu siaga malam ini nyawa akan jadi taruhan malam ini pula!" Delano berkata sangat tegas dihadapan semua anggotanya.

"Siap bos!" Wolfgang bersorak-sorai semangat membara.

Seseorang bertinggi sama dengan Delano menghampirinya dengan mata merah dan sadis. Orang itu tidak lain Althar yang pertama kali merencanakan taruhan.

"Delano, jangan pikir Lo bisa menang malam ini!" Althar menarik kerah baju Delano dan menojok perut Delano berkali-kali.

Pov Kaira

Kaira yang sedang membuat teh dirumah dan dalam batinnya ingin membuka pemberian dari Delano waktu itu. Namun, saat ingin menyiramkan air kedalam tehnya air panas yang semula dengan jinak mengikuti alur Kaira menyiramkan berubah menyiram tangan Kaira. Rasa gelisah dan khawatir  menyelimuti batinnya.

"Augh...ist..." Kaira meringis perih dan mengibas-ibaskan tangannya.

"Ada apa, Kai?" Melati datang dari arah belakang Kaira.

"Perasaan aku kok nggak enak ya, Bund." Kaira tampak begitu gelisah dan bingung. Lalu Melati menenangkan Kaira dengan mengelus pundaknya.

"Ada apa Kai? Cerita sama Bunda," Pinta Melati lagi dengan raut wajah yang ikutan cemas.

"Kak Delano bilang hari ini akan tawuran!" Kaira langsung berlari kekamarnya dan mencari handphonenya lalu menelpon Delano.

Setelah beberapa lama menelpon Delano tidak diangkat perasaan Kaira semakin cemas. Dia menahan air matanya dan terus berdoa. Melati pun menghampiri putrinya dengan penuh rasa hati-hati.

"Sayang, Kamu ke rumah Delano saja temui Mamanya," Ucap Melati sambil mengelus rambut Kaira.

"Beneran,Bund?" Kaira pun bersiap mengambil dompet, handphone dan tas kecilnya kemudian bersalaman pada Bundanya.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang