Rahasia Marta

279 23 0
                                    

                Selamat Membaca

Luka lama mungkin akan kembali

----------------------------------------------------------

Seorang wanita paruh baya sedang membuka almari yang selama ini ia tidak pernah membukanya saat sang putra berada di rumah. Wanita tersebut mengeluarkan sebuah peti berisi surat rahasia dari seseorang yang selama ini membuatnya sakit hati yang tak terhitung seberapa sakitnya.

"Surat ini kelak putramu akan mengerti semua dan membongkar kebusukkanmu."

Flashback

"Mas, nanti anak kita mau di kasih nama siapa ya?" Seorang wanita muda tengah mengandung anak berusia sembilan bulan.

"Di pikir nanti aja, emang hasil USG waktu itu cowok atau cewek?" Seorang pria mengerutkan dahinya hingga berkerut.

"Kalau, cowok kenapa, Mas?" Marta tersenyum sambil mengelus perutnya yang membesar.

"Tidak aku tidak sudi punya anak cowok!" Antoni menatap Marta tajam dia tidak suka dengan anak yang di kandung Marta terlahir cowok.

"Loh, kenapa mas?"

"Kelak menjadi musuhku. Aku tidak ingin anakku menandingi kehebatan ku!"

"Kalau punya anak pinterkan seneng, Mas apalagi bisa membawa nama baik kita kelak." Marta tidak mengetahui jika tersembunyi niatan licik di pikiran suaminya itu.

"Pokoknya, aku tidak---"

Belum selesai berbicara Marta merasa perutnya mulas dan perlahan keringatnya bercucuran air ketuban menetes napasnya seperti berhenti.

"Mas, tolong." Marta tidak bisa menahan perutnya yang semakin mulas.

"Aku harus ngapain?" Antoni berjalan kebingungan memegangi kepalanya melihat Marta.

"Bawa aku ke rumah sakit. Anak kita mau lahir."

"Argh!" Marta menahan perutnya supaya bayinya tidak lahir terlebih dahulu.

Antoni segera menggendong Marta dan membawanya ke rumah sakit terdekat menggunakan mobilnya.

Sesampainya di rumah sakit Marta langsung di tangani Dokter Siska sebagai saksi bisu kejadian di rumah sakit waktu itu.

"Sabar ya, Bu masih pembukaan delapan," ucap Dokter Siska memeriksa keadaan Marta.

"Oprasi saja, Dok saya ndak kuat." Marta berusaha mengejan sendiri tanpa di beri instruksi.

"Maaf, Bu saya lihat ibu bisa melahirkan secara normal."

"Sekarang, bisa mulai ikuti instruksi saya yang Bu."

"Tarik napas tarik ayo Bu lagi."

"Argh!"

"Ayo bu lagi."

"Argh.... Mas....." Antoni memegang tangan Marta memberi semangat.

"Sekali lagi, ayo lebih kuat lagi."

"Kepalanya sudah kelihatan, Bu."

"Argh... mas tidak kuat..." air mata menetes melalui sudut matanya.

"Awas, kalau anak kamu cowok! Saya berjanji akan buat kamu dan anakmu sengsara!" bisik Marta membuat hatinya semakin teriris.

"Sekali lagi, ayo Bu."

"Argh..." Marta menjatuhkan kepalanya ke blankar perasaannya tidak tenang air matanya terus menetes.

"Saya tidak segan-segan meninggalkan kamu dan merebut semua hartamu!" Antoni menatap tajam Marta yang masih terus menangis.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang