Chapter -6-

1.1K 125 37
                                    

                 Selamat Membaca

   Vote bagaikan emas seribu karat

-----------------------------------------------------------

Setelah kepulangan Delano tersenyum simpul kemudian melipat payungnya dan memasuki rumah karena, hujan semakin malam semakin lebat. Awalnya Kaira benar mengira bahwa Melati benar-benar terlelap dalam mimpi indahnya.

“Delano, calon menantu idaman tadi udah pulang?” tanya Marta sambil membaca majalah di sofa dengan wajah yang sangat terlihat baru saja bangun tidur.

“Sudah kok, Bun,” jawab Kaira

“Kai, dengerin bunda. Delano itu menantu idaman bunda karena, anaknya ramah, baik, tegas dan penuh tanggung jawab dan berwibawa” Melati menghampiri Kaira yang masih berdiri di ambang pintu kemudian membelai lembut rambutnya.

“Terserah, Bunda aja deh tapi, Kaira mending kabur kalau dijodohin sama kucing oren itu!” Kaira memasang muka kesal kepada sang bunda yang mulai setuju dengan Delano.

Kaira langsung nyelonong begitu saja di hadapan Melati dengan rasa penuh kekesalan. Apalagi, kali ini si brandal sekolah alias Delano sudah bisa mengambil hati Melati. Intinya, malam ini juga dia ingin mencakar-cakar Delano jika dia masih disini. Kebencian Kaira perlahan semakin tumbuh kembali sejak Melati mengatakan itu padanya

“Kai, mau kemana? Bunda belum selesai bicara!” Melati memanggil Kaira supaya mendengarkan dirinya lagi.

“Sudahlah, Bund Kaira mau tidur ngantuk!”  Kaira membuka pintu kamarnya dan membanting tubuh mungilnya ke tempat tidur.

“Dasar anak nggak ada akhlak!" desis Melati kesal lalu, meninggalkan sofa untuk kembali ke tempat tidurnya lagi.

Didalam kamar Kaira belum tidur juga. Pikirannya masih melayang kemana-mana. Dia sangat menyukai hujan karena, baginya hujan adalah penghapus lara dan dia sangat membenci panas karena, panas membuatnya mengingat seseorang yang pernah membuatnya terjatuh dari motor dan dia terluka hingga trauma. Kaira adalah korban tabrak lari diwaktu itu.

“Kok, Gue nggak bisa tidur ya? Ah pakek insomnia lagi!” Kaira menutup matanya menggunakan bantal, dan menguap berkali-kali hingga akhirnya dia berhasil untuk pergi ke alam mimpi.

Pov Delano

Delano masih melamun di sofa rumahnya. berbagai hal telah berhasil memasuki otaknya.

Mantannya yang mulai menghantui hidupnya, doi yang takut kehilangan dirinya meski kini cintanya tidak bersemi lagi untuk Rosella yang tidak lain adalah doinya.

Baginya sejak bertemu dengan Kaira, cintanya hanya ingin dia berikan sepenuhnya untuk Kaira. Walaupun, penuh penolakan. Shaka mantannya, kini muncul lagi setelah menghilang sangat lama karena, Delano yang memilih membantu Marta membangun perusahaan pribadi.

“Del, lagi ngapain?” Marta menghampiri Delano yang sedang melamun dan raut muka penuh pikiran

“Nggak kok, Ma. Cuma keinget masa lalu.” Delano berupaya menepis pertanyaan dengan cara yang salah

“Kamu ke inget, Papa?” Tanya Marta sekali lagi.

“Malah keinget semua. Delano merasa kehilangan semuanya, Ma.” Delano memandangi jendela di dekat sofa yang penuh dengan air hujan.

“Del, dengerin Mama, please, kamu nggak bakal kehilangan siapa-siapa Mama, janji akan bersamamu setiap waktu dan pesan mama jangan pernah membenci papamu jika beliau pulang.”

Marta  memeluk Delano dengan penuh kasih sayang, air matanya mengalir di pipi membayangkan jika suatu saat nanti dirinya akan berpisah dengan putra semata wayangnya yang kini selalu ada di pelukkannya.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang