Chapter -41-

320 25 0
                                    

                 Selamat Membaca

                     Semoga suka

-----------------------------------------------------------

Di sebuah tempat bernuansa gelap seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun sedang mengadakan pertemuan dengan para pasukan bertopeng hitam yang jumlahnya lebih dari empat puluh orang.

"Dasar anak muda lelet, sekali!" Seorang pria itu menghembuskan asap rokoknya dengan kasar menggunakan cangklong bermotif ular.

"Selamat pagi, Tuan." Seorang pemuda berpakaian hoodli biru dengan celana SMA Internasional menunduk hormat dengan pria tua itu.

"Dari mana saja kamu, Althar?"

"Maaf, Tuan Antoni saya tadi mengerjakan ulangan terlebih dahulu di sekolah kemudian, kemari." Pria bernama Antoni itu menganggukkan kepalanya lalu, menatap sebuah poto wanita yang terpajang di dompetnya.

"Kenapa, kalian belum berhasil menyulik, Marta?" Antoni menarik kasar kerah salah satu pria bertopeng hitam itu.

"Maaf, Tuan kami selalu kalah dengan pasukan anaknya," jawab salah satu dari mereka.

"Siapa nama anaknya?" Antoni semakin percaya anak Marta adalah yang ia temui di Mall saat itu.

"Delano," Jawab Althar.

"Anak itu, anak yang saya tinggalkan dari kecil sekarang tumbuh menjadi seorang pemberani! Siapa gengnya?"

"Wolfgang." Althar tersenyum miring dia percaya Delano sebentar lagi akan lenyap di tangannya.

"Bakar markasnya!" titah Antoni kepada Althar yang tentu saja Althar langsung menyetujui perintah itu.

"Baiklah, saya akan melaksanakan." Althar dan Antoni tertawa menggelegar seakan mereka sudah bisa melihat sebuah kemenangan di depannya.

Althar keluar dari tempat itu dengan dengan langkah sombongnya. Kali ini dia akan membuat Delano sengsara dan Wolfgang akan terpecah belah.

Althar mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan dan terus tertawa di sepanjang jalan.

                             ☘️☘️☘️

Pov Delano

Seperti biasa di saat istirahat tiba anggota inti Wolfgang yang bersekolah di SMA Internasional duduk di bagian pojok dengan asap rokok yang saling bersautan tidak hanya begitu ada saja ulah yang mereka lakukan sehingga terkadang membuat pembeli kantin lainnya terganggu.

"Del, surat kemarin Lo tanggepin?" Alkana memakan somay yang ia beli di kantin Pak Amin tadi.

"Iya, Gue yakin Althar bakal mencari pelindung diakan pengecut." Delano tidak menghiraukan sahabatnya itu dia malah mengalihkan pandangannya ke sebuah bangku nomor tiga dari depan.

Empat gadis yang sedang bergurau sambil menikmati hidangannya. Gadis itu terlihat menghindari pandangannya saat akan bertemu.

"Sial!" Delano langsung bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah mereka.

"Bos mau ke mana?" Nanda menatap wajah Delano yang tidak bisa di tebak.

"Bukan urusan, Lo!"

Delano mendekati keempat gadis tersebut dengan perasaan sedikit canggung dan  diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka dari belakang.

"Sebenarnya, perasaan lo itu gimana sih, Kai sama kak Delano?" tanya Haico sembari meneguk sprit di botol.

"Gue udah mulai suka sama dia tapi, sayangnya dia play boy. Coba aja kalau nggak play boy udah, gue embat sejak jaman  purba mungkin." Kaira mengutarakan perasaannya sekarang.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang