Chapter -39-

301 22 0
                                    

                  Selamat Membaca

   Masalalu memang menyakitkan

-----------------------------------------------------------

Para inti Wolfgang segera memarkirkan motor mereka lalu bersiap melakukan serangan balik pada pasukan topeng hitam yang ketuanya belum di ketahui. Mereka berlagak seperti mafia tapi sebenarnya bukanlah mafia melainkan preman bayaran.

"Mau ngapain Lo di rumah, gue?" Delano menatap tajam salah satu anggota topeng hitam yang membawa senjata.

"Di mana, Marta?" tanya salah satu dari mereka dengan nada tinggi.

"Gue, nggak tahu! Sekarang kalian pergi dari pekarangan, gue dan jangan pernah balik!"

"Dasar bocah tengil! Sok jagoan!" Seorang bertopeng hitam bersiap menusuk perut Delano untung saja dia sigap menangkis dan berhasil membekuk tangan si topeng hitam itu hingga terdengar suara gemerutuk seperti tulang retak yang mengerikan dan pisau itupun berhasil di rampas oleh Alkana.

"Kalau berani tangan kosong!" teriak Alkana tepat di telinga anggota topeng hitam yang sedari tadi menatapnya tajam dari balik topengnya.

Pukulan tangan kosong melayang ke arah Gama membuatnya terjatuh seketika sebab dia belum sepenuhnya siap.

Kedua geng itu pun tidak ada yang mengalah akhirnya pertarungan hebat hingga meneteskan darah. Delano melawan seorang bertopeng hitam yang di prediksi  ketua geng topeng hitam.

"Bos kami hanya ingin, lo nyerahin Marta dengan sukarela dan lo bakal dapat jaminan hidup."

"Lo, kira dengan jaminan hidup, gue bisa bahagia nggak! Nyokap, gue nggak boleh tersentuh oleh siapapun selain, gue!" Delano melayangkan pukulan di mata topeng hitam itu hingga darahnya sedikit menetes mengerikan lalu menjadikannya sebagai samsak.

"Del! Sudah!" teriak Fasiel saat mengetahui Delano mengangkat kakinya bersiap menginjak punggung topeng hitam itu. Sedangkan yang lain sudah tergeletak tak berdaya tetapi, inti Wolfgang semuanya selamat tanpa ada bekas apapun.

"Orang seperti dia tidak patut di kasiani!" napas Delano menggebu dengan wajah merah padam.

"Delano! Sudah, nak!" teriak seorang wanita paruh baya berpakaian piyama tidur di temani Haico dan Kaira.

Delano menghentikan aksinya saat mengetahui sumber suara itu adalah suara Marta. Wanita yang di incar dalang topeng hitam. Air mata Marta bercucuran sambil memeluk Delano dan membuatnya mematung tanpa membalas pelukan itu. Tenggorokannya kelu tidak bisa mengatakan apapun. Para Inti Wolfgang hanya diam menatap keduanya.

"Pasti ada sesuatu yang di rahasiain," ucap Alvan memelankan suaranya hanya di dengar oleh Gama lalu, Gama menyikut perutnya.

"Mama, tenang aja Delano bakal lindungi mama." Delano mengelus punggung Marta walaupun dia sedikit curiga ada hubungan apa dengan mereka?

Para pasukan bertopeng hitam itu meninggalkan pekarangan rumah Delano dengan jalan terseok-seok menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Mama, tenang saja Delano di sini temenin mama nggak usah takut." Delano memeluk Marta lebih erat memberikan sebuah kehangatan.

"Maafkan, Mama sayang. Suatu hari kamu bakal mengerti ini semua ulah papa kamu yang ingin merebut bisnis, Mama," Batin Marta sembari menatap Delano sendu.

"Nak, suatu hari nanti Mama bakal pergi jauh tolong jaga amanah mama, bisnis Mama dan jangan pernah kamu melukai hati wanita yang mendampingi hidupmu." Marta berjinjit memegang kedua pipi Delano.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang