Chapter-46-

304 23 2
                                    

                  Selamat Membaca

  Kejahatan akan segera terungkap

-----------------------------------------------------------

Jenazah Marta di makamkan tepat pukul delapan malam. Pada jam itu merupakan saksi Delano, terakhir melihat wajah seorang wanita yang paling di cintainya dan jam itu pula Delano mengucapkan selamat jalan meski raga berpisah tetapi nyawanya masih ada di dekatnya.

Di pemakaman ramai pelayat mengantarkan jenazah Marta untuk beristirahat selamanya. Tangisan terdengar dari para sahabatnya, keluarga dan putra semata wayangnya yang harus menahan rasa sesak ini. Dia harus segera bangkit karena, dia harus mengurus segala wasiat dari Marta.

"Mama, yang tenang ya. Delan bakal lakuin apa yang di inginkan mama."

"Mama, orang yang kuat bisa nyimpen ini sendiri."

Dari sebuah semak tidak jauh dari area pemakaman seorang pria bersama tiga anteknya memperhatikan Delano dari lokasinya.

"Hahaha.....sebentar lagi aku akan mendapatkan hartamu....hahaha" pria itu tertawa keras kemudian masuk ke dalam mobil.

"Aku melarang Shaka pacaran denganmu bukan karena, apapun melainkan aku tidak rela hartamu jadi hak kepemilikan Shaka. Sebentar lagi aku kaya." Pria itu masih tertawa bersama dengan ketiga anteknya.

Hari semakin malam seluruh pelayat mulai membubarkan diri selain inti Wolfgang yang masih setia di pemakaman.

"Kak, ayo pulang," ucap Kaira lirih.

"Gue, nginep di sini nemenin Mama. Mama, pasti takut sendirian di sini gelap," Rancau Delano seperti orang kehilangan akal sehat.

"Kak, tante sudah tenang di sana ayo kita pulang." Frans membantu Delano dengan cara memaksa.

Bruk!

Delano terjatuh tidak sadarkan diri. Dengan sigap anggota inti Wolfgang beserta saudara Delano yang lainnya menolongnya dan membawanya pulang mengendari mobil milik Frans.

Sesampainya di rumah Delano di baringkan di kamarnya.

"Kai, untuk malam ini Lo di sini dulu ya. Nginep," pinta Frans dia percaya Delano pasti akan terhibur dengan adanya Kaira.

"Tapi,"

"Sudahlah, Bunda bolehin kamu di sini rawat dia hingga bener-bener pulih. Kasian dia." Kaira hanya mengangguk Melati juga sangat berduka sahabatnya begitu cepat pergi meninggalkannya selamanya.

Kaira mengambil air di dapur dan kain kemudian mengompres Delano karena, suhu tubuhnya sangat tinggi.

"Cepet sadar, Kak. Kalau Lo kayak gini nanti siapa yang bakal ngusut sampai tuntas?" Kaira mengelus rambut Delano.

"Kai, kak Delano ternyata harus memikul beban seberat ini ya." Haico, Tania dan Intan duduk di samping Kaira yang masih mengompres Delano.

"Gue juga nggak pernah menyangka." Alkana berdiri di ambang pintu kamar Delano sembari menatap kosong Delano yang belum memberikan tanda-tanda sadar.

                              ☘️☘️☘️

"Mama! Mama!"

"Delan, kenapa kamu ke sini? Pulang sana!" Marta tidak seperti biasanya ia mengusir putra semata wayangnya itu.

"Ma, kenapa mama ninggalin Delan?"

"Mama, nggak ninggalin Delan tapi, ini sudah waktunya buat mama pergi." Marta melepas paksa pelukan Delan dengan kasar.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang