Chapter -33-

386 27 0
                                    

                   Selamat Membaca

      Nggak vote ditemenin kuyang!

-----------------------------------------------------------

Intan menghela napas, dia benar-benar tidak tahu jalan pikiran Kaira yang sebenarnya. Tania si ahli stalker dan serba tahu tentang semua orang pun sampai sekarang masih belum bisa memahami isi kepala Kaira.

"Lo, sungkan sama kita? terus, Lo itu anggap kita apa?" Tania menyorotkan tatapan tajam menghunus kedua bola mata Kaira.

"Setajam silet." Intan menggidikkan bahunya menyaksikan tatapan Tania yang tak biasanya.

"Gue, anggep kalian saudara tapi, Gue cuma takut kalau kalian balas dendam sama orangnya." Kaira tampak mengingat masalalunya dan mungkin masa lalu itu tak akan bisa di hapus dari bayangannya.

"Mantan, Lo yang brengsek itu? Atau Althar atau Geryl biang masalah?" Intan mencoba mendalami perasaan Kaira, lagi-lagi Kaira menggeleng sembari berkaca-kaca.

"Kalau kalian penasaran, Gue cerita tapi kalian harus janji sama Gue nggak pernah dendam sama orangnya dan bersikap biasa di hadapan dia. Karena, Gue sebenarnya takut kehilangan dia." Kaira mengacungkan kelingkingnya dan membiarkan airmatanya jatuh bercampur dengan teh di depannya.

"Heh! Lo, pikir kita itu pendendam." Intan menoyor tengkuk Kaira hingga terhuyung kedepan.

"Udah cerita aja. Calon ibu Ceo harus terbuka! Titik nggak pakek koma!"

"Oke, Gue dulu pernah jadi korban tabrak lari dan Gue masih inget banget sama pelakunya bahkan pelakunya itu sempet ninggalin fotonya di berkas pembayaran rumah sakit saat dia bertanggungjawab atas kesalahannya. Tapi, Gue sekarang hanya ingin ucapan maaf yang keluar dari mulut dia sendiri walaupun udah bertanggungjawab. Pelaku itu hampir saja menabrak Gue hingga Gue koma. Tapi, sayang pelaku itu mungkin lupa sama kejadian waktu itu." Tania mengelus punggung Kaira dengan sabar sedangkan Intan hanya diam menikmati curhatan Kaira.

"Kalau boleh tau siapa pelakunya, Kai?"

"Kak Delano." Kedua sahabat Kaira terbelalak tidak percaya. Masa iya si Delano pelakunya? Jadi mereka sudah kenal lama dong. Tapi kenapa mereka berdalih tidak pernah kenal sebelumnya?

"Lo, masih simpen bukti apa aja?" Tania mengernyitkan dahi tidak percaya.

"Banyak pengin tahu ke rumah, Gue." Kedua sahabatnya hanya mengangguk sambil mengkode satu sama lain jika nanti sore bakal membuktikan.

"Terus gimana sama Kak Delanonya?" Intan bermaksud mengalihkan pembicaraan, kedua sahabatnya ini tidak menginginkan jika couple goal ini berantakan karena masalah sepele walaupun, mereka belum ada ikatan yang jelas.

"Dia chat Gue tadi katanya udah pulang dari rumah sakit dan besok Minggu ngajakin Gue kesuatu tempat. Tapi, Gue takut."

"Kenapa takut?" Tania sudah menduga Kaira negatif thinking tentang cowok nggak semua cowok gitu kali.

"Takut kalau dia ngajakin delapan belas plus plus gila. Serem banget." Kaira menggidik ngeri membayangkan Delano dengan pikiran kotornya.

"Gila, Lo! Nggak mungkinlah. Gue, bilangin dia itu nggak semesum yang Lo pikirin. Palingan ya di cium doang."

"Kebanyakan nonton berita aneh-aneh, Lo!" Tania menjitak jidat sahabatnya itu sambil terkekeh kecil.

Bel masuk kelas berbunyi. Semua siswa tanpa terkecuali berlarian memasuki kelas. Bel jam terakhir adalah keemasan bagi siswa mereka semua sibuk menghitung detik untuk pulang ke rumah. Tidak berbeda dengan kelas Kaira yang terkenal kelas paling rusuh segala siasat supaya pulang lebih awal mereka lakukan.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang