Chapter -36-

339 26 0
                                    

                   Selamat Membaca

                  Nungguin ya xixixi

-----------------------------------------------------------

Hari Minggu telah tiba. Delano bangun lebih pagi dari biasanya dia sudah mempersiapkan diri untuk pertama kalinya jalan bersama orang yang di cintainya walaupun sebelumnya dia sudah terbiasa jalan dengan para barisan cewek cantik yang pernah singgah di hatinya tapi kali ini berbeda.

Balutan kaos santai dan jaket jeans melekat di tubuh Delano dia juga memakai celana jeans, sepatu kets kesayangannya menambah level ketampanannya naik dari biasanya.

"Pagi-pagi sudah tampan begini mau ke mana? tawuran?" Marta menghampiri Delano sambil membawa nampan berisi segelas susu strawberry ke sukaannya.

"Mau mukulin anak tetangga, Ma." Delano mengambil susu strawberry itu lalu meneguknya hingga tandas.

"Gila kamu!" Marta mencubit tangan Delano hingga memerah dan meringis.

"Mau jalan sama menantu, Mama." Delano tersenyum terpaksa sejak pulang dari rumah sakit setiap dirinya keluar rumah mesti di anggap mau tawuran.

"Ciee, yang mau kencan cimiw," Goda Marta sambil menoel-noel lengan Delano.

"Ma, boleh tanya tidak?" Delano menatap serius kedua manik mata Marta.

"Apa, sayang? tumben kamu serius gitu."

"Papa nggak inget lagi sama kita ya? Terus siapa, papa Delan sebenarnya?"

Prank

Nampan tiba-tiba jatuh bersama gelasnya seketika saat Delano bertanya tentang itu. Hatinya seperti tersayat ribuan belati dan ingin ia menjeritkan tangisnya tetapi ia tidak mampu. Benar dugaannya semakin bertambah umur Delano semakin ingin mengetahui keberadaan papanya.

"Mama, tidak apa-apa?" Delano segera berjongkok dan memunguti serpihan kaca yang berserakan.

"Tidak, Sayang." Marta menggeleng dan menghapus air matanya dengan cepat.

"Maafin, Delano ya Ma. Delano nggak tahu kalau pertanyaan Delano bakal buat Mama sedih." Delano langsung memeluk Marta penuh penyesalan walaupun dia merasa janggal.

"Suatu hari, Mama akan cerita sekarang kamu pergi temui, Kaira." Delano hanya mengangguk patuh kemudian, menyalami Marta seraya senyum simpul.

Diperjalanan Delano terus memikirkan tentang kejanggalan yang menyelimuti hidupnya. Delano menginginkan pelukan seorang ayah yang menguatkannya di segala suasana tapi, sayang semua itu tidak pernah ia rasakan sejak kecil.

"Gue, bukan anak haramkan?"

Delano pun melajukan motornya di atas rata-rata seperti orang kesetanan. Banyak orang yang mengomelinya di jalan tapi ia anggap angin lalu. Inilah cara Delano melampiaskan kemarahan dan kesedihannya dari pada melukai orang lain tapi, sama saja jika dia menabrak orang.

Delano menghentikan motornya tepat di halaman rumah Kaira. Dia melirik ke sebuah pohon ternyata di situ masih ada kenangan yang belum terhapuskan. Delano menarik napas dalam dan tidak memperlihatkan kesedihannya.

Tok tok

"Sebentar," jawab seorang wanita paruh baya yaitu Melati.

"Oh, Delano udah sehat sayang?" Melati membuka lebar pintu utama dan menyuruh Delano masuk.

"Alhamdulillah, Tante. Kaira ada?"

"Dia belum bangun, bentar dia minta di guyur air dia nggak serajin kamu." Melati berlari kecil menaiki tangga menuju kamar Kaira.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang