Chapter-22-

551 50 29
                                    

                   Selamat Membaca

  Salam dari Author ayuk kenalan

-----------------------------------------------------------

Delano menatap lekat Kaira yang berada di sampingnya. Rambut panjang terurai menyentuh pipi Delano dan membuat jantungnya berdegup kencang. Delano memejamkan mata kemudian membukanya lagi untuk menghilangkan kunang-kunang di matanya. Malam ini Delano merasa Kaira lebih cantik tiga kali lipat dari biasanya. Namun, Delano segera memalingkan muka karena, menggap dirinya sendiri sangat bodoh mencintai Kaira dan dia merasa sangat tidak pantas bersanding dengan cewek secantik dan polos seperti Kaira tapi, rasa itu tidak bisa di bohongi dia berjanji pada dirinya sendiri ‘Lebih Baik Mati Dari Pada Tidak Mendapatkan Kaira’

“Tatapannya kayak minta dicolok,” Sindir Kaira.

“Terus ngapain ke sini?” Kaira mencubit lengan Delano dangan muka kesal.

"Pengin liat seberapa sayangnya Lo ke Gue." Delano tersenyum manja.

"Nggak sayang sama sekali!" Jawab Kaira ketus tanpa dia sadari air matanya jatuh membasahi pipinya.

"Ngapain nangis?” tanya Delano.

"Pikir sendiri!" Kaira meninggalkan Delano sendirian di dalam UGD.

Di luar UGD Kaira memberikan kabar tentang Delano untuk semua anggota Wolfgang dan Marta juga Melati. Semua tampak bahagia mendengar Delano sudah sadar. Marta dan Melati saling berpandangan sambil melemparkan senyum syukur yang terlukis di bibir mereka.

"Guys, Kak Delano sudah sadar dan semua disuruh ngumpul di ruangannya dan buat Tante Marta sama Bunda bisa liat Kak Delano." Kaira tersenyum penuh kelegaan.

"Beneran?" Gatra dan Nanda masih tidak percaya.

"Masuk aja sendiri," Jawab Kaira.

Para anggota Wolfgang masuk secara bergantian dengan penuh suka cita. Malam itu, anggota Wolfgang masih tersisa setengah dari seluruh anggota tempurnya karena, yang lain sudah pulang.

"Syukurlah, Lo udah sadar." Gama mencium dahi Delano.

"Ih, jijik bego!" Delano membersihkan bekas kecupan Gama.

"Del, Althar harus dijahit," Ucap Nanda memberi tahu.

"Apanya? Mulutnya?" Delano tersenyum sinis.

"Tangannya bego!" Alkana duduk disamping Delano.

"Kalau gitu, kita semua pamit. cepat sembuh bos," Pamit Heico kemudian, semuanya menyusul dan saling adu tos.

Seluruh anggota Wolfgang keluar dari UGD lalu, menghampiri Marta, Melati dan Kaira untuk berpamitan pulang. Satu- persatu bersalaman dengan Marta, Melati dan Kaira.

"Kai, Tante semuanya kita pulang dulu ya," Pamit Alkana.

"Iya hati-hati," Jawab Marta dan Melati bersamaan.

Suasana berubah menjadi sangat lenggang sejak mereka pulang dan hanya tersisa Marta, Melati dan Kaira. Mereka bertiga saling menganggukkan kepala kemudian memasuki ruang UGD untuk melihat keadaan Delano.

"Kamu tidak ada apa-apakan sayang?"  Marta memeluk erat Delano dan menciumnya berkali-kali.

"Nggak Ma," Jawab Delano tersenyum simpul.

"Del, ini temen sekolah mama dulu." Marta menunjuk pada Melati.

"Beliau Bundanya Kaira," Imbuh Delano.

"Jadi, kamu sudah kenal?" tanya Marta terkejut.

"Sudah, beliau baik nggak kaya Kaira." Delano meledek Kaira dan Kaira hanya menghembuskan nafas sebal.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang