Chapter -45-

313 23 0
                                    

                 Selamat Membaca

                     Semoga suka

-----------------------------------------------------------

Tanpa disangka dua cowok yang sangat mereka kenal menghampiri dengan jalan tertunduk entah takut atau ada masalah sesuatu.

Inti Wolfgang menatap kedua cowok itu horor apalagi Delano.

"Mau apa kalian ke sini?!"

"Tertawa! Iya?" Delano memalingkan mukanya melihat kedua cowok itu.

"Maaf, kedatangan kami berdua ingin bertemu Delan. Tadi, kami mencari di rumah tidak ada dan sempet kepala Geryl terhantam batu hingga sedikit berdarah." Delano kembali menoleh lalu menyikut Gama untuk memeriksa kepala Geryl.

"Ger, obatin dulu nanti infeksi," ucap Gama ternyata darah di kepala Geryl itu beneran ada.

"Terus, kami menemukan ini." Reza menyerahkan sekantong benda aneh yang ia temukan di dekat pintu rumah Delano.

"Apa ini?"

Alkana membuka kantong itu dengan penuh kehati-hatian. Bagaimanapun, Reza dan Geryl masih berstatus musuh. Namun, ternyata isinya tidak ada sangkut pautnya dengan geng mereka berdua.

"Foto tante Marta dan seorang pria, pistol, bahan peledak mati?" Delano mengerutkan keningnya tidak mengetahui maksud pengirim foto ini.

"Reza, Geryl terimakasih. Ada perlu apa kalian nyari, gue?"

"Kita berdua mau minta maaf. Kita berdua mengaku bersalah seharusnya, kita berdua tidak menganggap kamu sebagai pembunuhnya Geo dan pembunuh sebenarnya kami sudah tau." Mereka berdua berlutut di hadapan inti Wolfgang itu membuat mereka sedikit merasa aneh.

"Kalian, nggak ada niatan lainkan?" Haico enggan menatap kedua cowok itu.

"Tidak, sumpah. Kami berdua waktu itu benar-benar tersulut emosi dan mudah terbakar hasutan Althar itu."

"Kalau begitu kami pamit dan selalu hati-hati dalam waktu dekat ini Althar akan membakar markas kalian katanya." Kedua cowok itu membalikkan tubuhnya dan Geryl memijit kepalanya sedikit nyilu akibat hantaman batu di rumah Delano.

"Tunggu!" Delano menghampiri Geryl dan Reza.

"Ada apa?"

Delano merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan untuk Geryl. Mengingat Geryl hidup sebatang kara dan sudah mengantarkan bukti kejahatan seseorang kepadanya dengan jujur.

"Buat, lo makan," ucap Delano.

"Tapi."

"Sudah, bawa saja. Sekarang pulang obatin kepala, Lo." Delano kembali ke tempat semula dan Geryl masih menatap sendu kepergian Delano. Bisa-bisanya masih peduli kepadanya. 

"Ger, ayo pulang." Reza merangkul pundak sahabatnya itu untuk meninggalkan rumah sakit.

Delano masih menatap nanar beberapa bukti yang di bawa Reza dan Geryl tadi. Delano bertanya-tanya siapa pria yang ada dalam foto itu mesra sekali dengan Marta.

Delano mengusap kepalanya frustasi andaikata waktu bisa di putar kembali pasti dia akan melindungi Marta lebih keras lagi. Dia sangat menyesal dia juga merasa gagal untuk menjaga Marta.

"Gue gagal jagain, Mama!"

"Kak, lo nggak gagal njagain tante. Istighfar, Kak." Frans hanya bisa menenangkan kakak keponakannya itu yang berulah seperti orang stress.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang