Chapter -37-

317 28 0
                                    

                  Selamat Membaca

                Doakan cepet tamat

-----------------------------------------------------------

Kaira menikmati indahnya pantai sembari menunggu Delano kembali. Sungguh indah ciptaan Tuhan andaikan dia tahu jika Delano akan mengajaknya ke sini pasti dia membawa camera untuk memotret pesona alam di sini.

"Hayo!" Kaira terkejut langsung menoleh ternyata Delano sudah membawa dua buah kelapa muda.

"Ngagetin aja, brandal!" Kaira mencubit tangan Delano mirip dengan cubitan Marta tadi pagi.

"Hukuman, ingat." Delano senyum-senyum menggoda Kaira dan membuatnya menggidikkan bahu.

"Gue, buang ke laut tahu rasa!"

"Canda, galak amat sih singanya Delan." Delano mencubit pipi kiri Kaira dengan gemas.

"Kai, di makan tuh kelapa mudanya atau Gue suapin." Delano menaik turunkan alisnya tapi tidak di hiraukan sama sekali oleh Kaira.

Mereka berdua menikmati kelapa muda tepat di pinggiran pantai sambil menyaksikan anak-anak kecil sedang mencari kerang di laut. Tanpa sadar Kaira menyandarkan kepalanya di bahu Delano. Jantung Delano berdetak tidak karuan saat itu juga darahnya tiba-tiba terasa menbeku dan keringat dingin bercucuran.

"Tubuh, Gue nggak bisa di ajak kompromi!" batin Delano.

"Lo, sakit?" Kaira memegang tangan Delano yang terasa sangat dingin.

"Enggak kok, ayo beli nasi gegok. Gue pengen."

"Nasi gegok? Apaan tuh?" Kaira masih baru kali ini mendengar namanya nasi gegok.

"Nasi gegok itu nasi yang di beri lauk ikan teri di goreng lalu di kasih sambel kemudian di bungkus daun pisang dan di kukus. Nasi gegok itu berasal dari jawa timur tepatnya di desa Bendungan, kabupaten Trenggalek. Sebutannya ada banyak sih, nasi angkrik, nasi kucing gitu." Delano menjelaskan dengan rinci.

"Jadi kayak lontong nasinya?" Kaira masih belum paham.

"Seperti gitu deh." Delano menggandeng tangan Kaira menuju pedagang nasi di sekitar pantai.

Delano membeli dua bungkus nasi gegok yang bungkusannya lumayan besar dan mengenyangkan.

"Berapa, Bu?"

"Enam ribu," jawab ibu pedagang nasi itu.

"Ini." Delano memberikan uang sebesar seratus ribuan.

"Kembaliannya."

"Ambil aja untuk ibu." Delano tersenyum setelah menolak kembalian membuat Kaira sedikit tercengang. Banyak sekali uangnya.

"Terimakasih, Den semoga aden panjang umur, sehat selalu. Sering-sering beli di sini ya, Den." Ibu penjual nasi itu sangat senang menerima uang Delano.

Setelah membeli nasi Delano mengajak Kaira untuk duduk di sebuah pos yang tidak jauh dari pantai. Mereka berdua makan dengan hening tidak ada suara kecapan melainkan hanya suara deru ombak yang mendayu-dayu. Delano tersenyum saat satu biji nasi dan sambal tidak sengaja menempel di bibir kiri Kaira.

"Kesempatan." Delano tersenyum.

Tatapan mereka berdua menyatu seketika saat tangan Delano menyentuh bibir mungil Kaira. Desiran ulu hati mereka sangat terasa bahkan degupan jantung terdengar hingga telinga mereka.

"Lo," ucap mereka berdua bersamaan.

"Lo, duluan." Delano tersenyum jahil.

"Lo, deg-degan?" tanya Kaira polos.

DELANO (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang