Chapter 5

242 19 0
                                    

Enjoy!

Liora melangkahkan kaki mungilnya dengan santai, suasana larut malam di rumah tidak mengganggunya sama sekali. Meskipun bagi anak-anak kecil lain akan merasa takut ke dapur karena cerita-cerita horror tengah malam.

Bagi Liora tidak ada yang seram selain Mommy Sierranya. Bahkan Sierra pernah berkata, hantu-hantu itu hanyalah kasta terendah atau hanya buatan para manusia saja. Buat apa ia harus takut?

Glek glek

Ia meminum segelas air hingga tandas, haus tengah malam begitu merepotkannya karena rumah yang besar mengharuskannya turun tangga tinggi dan berjalan menuju dapur.

Lampu yang tiba-tiba menyala membuat Liora dan wanita tinggi didepannya tersentak kaget.

"Lio? Astaga Mama kira siapa," Alrine mengelus dadanya mendapati anaknya sedang berdiri.

Ia kira maling masuk ke rumahnya, ya meskipun sebenarnya mustahil maling masuk karena rumahnya dijaga anak buah Sierra, belum masuk juga maling itu sudah jadi santapan.

"Hehe, Lio haus. Mama haus nggak?" Liora menyodorkan segelas air untuk Mamanya.

Alrine menerima gelas itu, "makasih, sayang." ia meneguk air dalam gelas.

Liora memperhatikan Mamanya, ia mengernyit ketika mendapati noda merah kecoklatan di kaus Alrine.

Anak kecil itu menunjuk ke arah noda, "Ini apa, Mah?"

"Hah?" Alrine menoleh ke arah telunjuk Liora, ia merutuki dirinya karena lupa mengganti kausnya yang terciprat darah, "tadi... Mama habis makan cokelat." jawabnya berbohong agar tidak dicurigai Liora.

"Kepala kamu gimana? Ada yang sakit?" Alrine menyingkirkan rambut yang menutupi pelipis bagian kanan anaknya yang diperban.

"Cuma perih dikit aja, Mah. Kalau tidul samping," jawab Liora, "Mama nggak usah cemas, Lio kuat kok." ia tersenyum lebar menenangkan Mamanya agar tidak khawatir.

Alrine tersenyum mendengar jawaban anaknya, "kalau sakit bilang ya, sayang. Takutnya ada luka dalam."

Liora mengangguk-angguk.

"Yaudah, Lio balik tidur ya udah malam." suruh Alrine langsung diiyakan Liora.

"Mama juga tidul, selamat tidul, Mama." Liora mengecup pipi Alrine sebentar lalu berlari kecil menuju kamarnya.

"Selamat tidur, Lio," balas Alrine dengan suara sedikit meninggi dan menggeleng-geleng kepalanya.

Anaknya yang itu kadang bisa sangat jahil tapi juga sangat manis dan perhatian. Seperti Deja-vu dengan keadaan psikologisnya dulu, ia pun berkonsultasi dengan tantenya Reyna yang adalah psikolog anak.

"Liora hanya anak-anak yang jahil untuk mencari perhatian, dan kesenangannya sendiri. Pada dasarnya ia juga bisa penurut dan penyayang pada orang yang ia sayangi." Seperti itulah jawaban Reyna yang membuat Alrine lega.

Bukannya berlebihan, Alrine hanya memastikan anak-anaknya tidak menurun pada penyakit mental yang pernah ia derita. Meskipun kemungkinannya kecil, tetapi gangguan mental yang pernah diderita orangtua dapat juga menurun ke anak. Alrine tentunya selalu memperhatikan kesehatan mental maupun fisik anak-anaknya.

_÷_

Matahari sudah terbit beberapa saat yang lalu, Lionel yang telah siap dengan pakaian kantornya berjalan menuju dapur untuk mengisi perutnya. Di sana terdapat isterinya yang sedang memasak, bau makanan tercium membuat perut semakin meronta-ronta.

"Pagi, sayang." Ia memeluk Alrine hingga membuat wanita itu terperanjat.

Alrine meraba dadanya memastikan jantungnya masih berada di tempat, "Ih Leo kebiasaan!"

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang