Chapter 8

205 15 0
                                    

Enjoy!

Suara tembakan saling bersahutan pada film yang diputar Lionel, laki-laki itu menengok ke arah meja tampak kedua anak kembarnya sedang sibuk mengerjakan tugas rumah pertama yang diberikan guru mereka.

Jika bapak-bapak lain membantu anak-anak mereka mengerjakan tugas, Lionel terlihat santai menonton sambil memperhatikan kedua anaknya. Bila ada soal yang susah pasti mereka yang memintanya membantu.

"Udah!" ujar Leander senang telah menyelesaikan tugasnya kemudian merapihkan alat tulis dan bukunya.

Liora melirik kakaknya yang sudah duluan selesai, tak mau kalah. Ia mempercepat gerakan tangannya agar tugasnya cepat kelar.

"Santai aja, jangan buru-buru nanti ada yang salah." ujar Alrine datang menghampiri mereka dengan dua kotak pizza yang baru tiba. Leander bersorak girang lalu menyambar sepotong pizza dan melahapnya penuh nikmat.

"Nggak jadi masak?" tanya Lionel melihat makanan yang tampak lezat.

"Sorry, aku agak nggak enak badan nih. Pizza aja ya?" jawab Alrine dengan senyum tipis.

"Bisa pesen yang lain kan, jangan biasain junkfood nggak baik untuk anak-anak," ucap Lionel sedikit meninggi, menurutnya Alrine keseringan membeli pizza, burger, ayam goreng yang tidak sehat bila dimakan terlalu sering. Ia memaklumi pekerjaan istrinya yang tidak memungkinkan untuk memasak makanan sehat tetapi setidaknya istrinya itu dapat memesan di restoran atau semacamnya.

Alrine berhenti mengunyah pizzanya dan memandang lantai tak minat, Lionel yang melihatnya tidak tega apalagi wajah istrinya itu sedikit pucat. Ia meraba kening istrinya yang terasa panas.

"Kamu demam, udah minum obat?"

Perempuan di sampingnya hanya mengangguk.

"Mama sakit?!" pekikan Leander cemas yang menyimak obrolan kedua orangtuanya. Juga Liora yang tak sengaja mendengar pekikan kakaknya. Dua anak kembar itu langsung naik ke atas sofa menghampiri sang Mama.

"I'm okay, sweeties." Tatapan Liora memicing karena ucapan Alrine, ia pernah melihat Leander dan sepupu-sepupunya bahkan Papa mereka sakit dan tampang wajah Mamanya yang memucat ini adalah salah satu ciri-cirinya.

"Lean ambilin obat ya, Mam,"

Leander beranjak turun namun dicegat dengan pertanyaan Alrine, "emang Lean tahu obatnya?"

Anak laki-laki itu menggeleng sambil menyengir.

Alrine merangkul ke dua anaknya, "Sini, Mama cuma kecapean aja kok, bareng kalian pasti langsung sembuh." ucapnya menenangkan.

Lionel memutar bola mata, ia tahu betul sifat istrinya itu yang suka menutupi sesuatu termasuk kesehatannya apalagi di depan anak-anaknya.

Tak lama terdengar suara nafas teratur dari dua anak yang bersandar pada lengannya. Alrine tersenyum mengelus kepada kedua anaknya yang berada dalam alam mimpi.

"Besok aku temenin check-up ke dokter. Nggak boleh nolak." ujar Lionel tegas yang berarti tidak menerima penolakan bentuk apapun.

Alrine hanya diam sebab kantuk mulai menghampirinya, ia pun tertidur bersama kedua anaknya.

_÷_

"ASTAGA! TUGAS LIO BELOM KELAR!" pekik Leander tersadar ketika ia menemukan buku kembarannya di meja.

Liora yang sudah rapih dengan seragam biru kotak-kotak bersenandung santai berjalan menuju ruang tamu. Langkahnya terhenti karena anak laki-laki yang berdiri bersedekap dada.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang