Chapter 18

155 13 0
                                    

Sorry kalo ada typo, happy reading!

Enjoy!

Liora pun menganguk setuju pada kakaknya lalu mengetuk pintu.

Namun beberapa kali ia mengetuk, tidak ada tanggapan dari dalam.

"Coba chat kak Echa," Liora pun mengechat Resya yang sepertinya sedang kuliah.

"Kata kak Echa, Om Reza sama Tante Reyna lagi jalan pulang dari Bandung. Kalo mau nunggu, ke rumahnya aja dulu ada kakaknya." tutur Liora menjelaskan chat nya dengan Resya.

"Yaudah yuk, kak Brandon tadi juga udah ngasih rekamannya. Barangkali Om Bryant tahu juga tentang masa lalu Mama." balas Leander.

Kedua kembar itu berjalan menuju rumah yang tak terlalu jauh dari rumah tadi. Liora mengetuk rumah itu, tak lama Bryant muncul membukakan pintu.

"Lean, Lio? Ada apa?" tanya Bryant bingung.

"Kami mau nanya tentang Mama, ke Om Bryant, boleh?" jelas Leander to the point.

Bryant mengangkat alisnya, "boleh, yuk masuk."

Leander dan Liora masuk ke dalam rumah minimalis itu, dan duduk di atas sofa ruang tamu.

"Tanya apa?"

"Gini Om, Mama udah ceritain masa lalu Mama ke kami," Kening Bryant terangkat, "tapi kami pikir, masih banyak yang belum kami tahu tentang Mama."

"Kenapa nggak tanya ke Mama atau Papa kalian aja?" tanya Bryant, ia sepertinya tidak ada hak untuk menceritakan masa lalu Alrine pada anak-anaknya. Terlebih ia sempat terlibat sebagai peran antagonis pada masa lalu Alrine.

"Kalo kami bisa tanya, kami nggak akan jauh-jauh ke sini, Om." celetuk Liora sebal.

Bryant tersenyum tipis, melihat Liora dengan watak seperti Alrine saat muda. Wajah mereka pula punya banyak kemiripan.

"Oke oke, kalian mau tanya apa?"

"Om kenal dekat sama Mama sejak kapan?"

Bryant mengambil minuman dari kulkasnya lalu memberikan kepada dua kembar itu, "Om kenal Mama kalian sejak Mama kalian kelas 11 SMA, Om jadi psikiater Mama kalian saat itu, wait--" Bryant terhenti menyadari sesuatu, "kalian sudah tahu penyakit mental Mama kalian, kan?"

Liora mengangguk, "DOD atau kepribadian ganda?" sahutnya mengingat-ingat.

"DID, Dissosiative Identity Disorder," Bryant mengoreksi, "ya, sebenarnya cerita ini panjang. Tapi singkatnya, Om dan Mama kalian bisa berteman sampai jadi kayak kakak adik dan Om juga yang nemenin Mama kalian di Denmark untuk menyembuhkan penyakit mentalnya."

Liora mengerling curiga kedekatan pria di depannya dengan sang Mama, "Om sama Mama waktu muda nggak pacaran kan?"

Bryant tertawa besar, "ada-ada aja kamu, Papamu itu cinta matinya Mamamu." Padahal Bryant sempat ingin mengungkapkan perasaannya pada Alrine sebelum Lionel datang untuk melamar gadis itu.

"Om pernah lihat kepribadian Mama yang lain muncul? Misalnya Mommy Sierra?" tanya Leander seperti pewawancara.

Bryant melongo mendengar alter ego Alrine yang kejam itu dipanggil dengan sebutan Mommy.

"Pernah, kepribadiannya pertama namanya Kara, dia dingin, dan pendiam. Paling misterius. Tapi dia udah nggak ada," jelas Bryant sedangkan kedua kembar itu mendengar dengan seksama.

"Ehm sebentar Om, boleh Lean pinjam TVnya?" Bryant mengangguk, Leander mengambil hardisk tadi dan mencolokan ke TV besar milik Bryant.

Muncul file-file dengan nama lokasi dan di rekaman itu terdapat Alrine saat muda.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang