Chapter 11

185 15 0
                                    

Enjoy!

Leander mengambil nafas seperlunya, lalu menyelamkan tubuhnya ke dalam air. Lengan dan dada berisinya yang mulai terbentuk nampak terlihat jelas. Sejak SMP, Leander adalah laki-laki yang gemar olahraga baik futsal, renang, hingga basket. Meskipun begitu, nilai Leander ikut mengimbangi. Hingga membuat kembarannya bingung, bagaimana kakaknya dapat membagi waktu sebaik itu.

Ia bersama kedua sepupu laki-lakinya memutuskan untuk berenang ketimbang terus bermain game. Lain dari Leander dan Brandon yang suka olahraga, Alvaren lebih suka bersosialisasi salah satunya menjadi anggota OSIS sewaktu SMP. Ia memilih berkegiatan yang bertemu banyak orang.

Suara teriakan anak kecil membuat mereka menoleh, "Kaaa!"

Jayden yang berumur 6 tahun berlari menghampiri kakak-kakak sepupunya.

"Jay, licin jangan lari-lari!" seru Keira sang Mama pada anak tunggalnya.

Ketiga remaja mendatangi adik sepupu mereka di pinggir kolam, pipi tembam milik Jayden menjadi sasaran empuk cubitan gemas dari kakak sepupunya.

"Tadi di rumah Oma, pas tau kalian lagi ngumpul di sini Jayden langsung rengek kesini." jelas Keira sebelum keponakan-keponakannya bertanya.

"Kakak Lio kemana?" tanya Jayden mencari kakak sepupu kesayangannya.

"Ikut Mama, ke rumah sakit," Leander menjawab, "Jay udah makan belom? Kami pesan pizza loh!"

Mata anak kecil itu berbinar mendengar makanan favorit hampir semua keluarganya itu.

"Yey!"

Keira mengernyit heran, "Lah Jay bukannya tadi baru abis makan?" Anaknya ini bisa dibilang perut karet, baru habis makan sejam yang lalu, lalu lapar lagi.

"Hehehe," cengir anak itu lucu.

_÷_

"Halo, Mah?" Liora mengangkat telepon dari ponselnya yang berbunyi  yang berasal dari Mamanya.

"Oke, Mah. Lio juga dah laper, kantin atas kan? Okok." Tit. Panggilan terputus. Liora pun beranjak berdiri dari sofa di kamar Tiffani.

"Dari nyokap, Li?"

Liora mengangguk, "Makan yuk, Tif, laperrr,"

"Bareng sama nyokap lu? Enggak, ah. Gue malu." tolak Tiffani, meskipun sudah bersahabat akrab. Tiffani masih belum seakrab Liora dengan Bundanya. Paling baru sekali Tiffani dioperasi Alrine, selama 3 tahun dirawat di rumah sakit ini, bertemu pun jarang karena Mama Liora itu adalah dokter yang cukup sibuk dengan pasiennya yang lain.

"Yaelah, Tif. Nyokap gue bukan Ibu Negara kali, tar ketemu juga easy going. Serius." bujuk Liora, "Bareng tante juga yuk, kantin atas makanannya enak-enak!"

"Kantin atas?"

"Ohiya lupa cerita, nanti tante lihat aja deh. Yuk, Lio laper!"

Tiffani dan Ibundanya mengangguk pasrah karena bujukan Liora. Remaja itu pun bersorak karena berhasil mengajak sahabatnya.

Usai bersiap, Liora dan Tiffani tak lupa menggunakan kupluk couple berwarna abu-abu. Liora membelikannya agar Tiffani dapat lebih percaya diri untuk keluar kamar.

Liora memencet tombol lift letak kantin atas berada, kantin atas sendiri adalag kantin lebih tepatnya restoran khusus untuk dokter dan petinggi rumah sakit saja. Berbeda dengan kantin umum yang seperti foodcourt, kantin atas ini lebih elegan dengan menu yang dimasak chef handal. Maka dari itu, banyak dokter yang berlomba-lomba untuk dapat bekerja di rumah sakit ini. Karena Alrine memastikan kesejahteraan dan kenyamanan tenaga medisnya, termasuk memfasilitasi salah satunya kantin ini dan ruang rehat lainnya.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang