Panjang juga chapternya, jangan bosen bosen mwah
Eits klik tombol bintang dulu sabi kali hehew
Enjoy!
"Lean! Adik lo pingsan!"
Kelas Leander masih berjalan ketika ia ditelpon sahabat adiknya. Ia sontak berdiri membuat tatapan guru dan murid lain tertuju padanya. Nafasnya memburu namun ia tetap menuju ke depan kelas. Alvaren pun ikut berdiri melihat ekspresi sepupunya.
"Ada masalah apa, Lean?" tanya gurunya,
"Adik saya pingsan saya harus pergi, Pak." jawab Leander cepat.
"Oke, bapak izinkan." Guru itu memperbolehkan, setelah mendapat izin Leander bergegas keluar kelas ia bahkan meninggalkan tasnnya.
"Pak, saya juga!" Alvaren yang mendengar berita mengenai sepupunya ikut pergi menyusul. Guru itu pun hanya mengangguk. Bagaimana bisa ia melarang keluarga pemilik sekolah itu.
_~_
Petugas UKS memeriksa keadaan Liora di dalam, kekhawatiran Dilla bertambah memegang tangan sahabatnya yang panas.
"Suhu tubuhnya tinggi, mimisannya nggak berhenti, Bu." ucap seorang siswi anggota PMR di sekolah itu sembari menggantu tisu yang sudah basah.
Bu Asri menggit kukunya gugup, bagaimana jika orangtuanya datang. Pekerjaannya akan terancam.
"Bu, dia harus dirujuk ke rumah sakit."
BLAM
Pintu UKS didobrak dengan kasar, Leander masuk melihat adiknya terbaring di kasur UKS.
"Li! Bangun, Li!" Leander menepuk-nepuk pipi adiknya pelan.
"Kamu siapa dateng-dateng banting pintu?" tanya Bu Asri tak bersahabat, melihat remaja laki-laki berseragam sekolah lain.
"Dia kembaran Liora." Dilla yang menjawab dengan nada sinisnya.
Bu Asri tidak berkutik lagi karena seragam sekolah laki-laki itu, orangtua anak itu pasti orang kaya yang berpengaruh.
"Lio!" Seorang wanita masuk ke dalam, menambah suasana panas di ruangan itu. Alrine pun segera memeriksa putrinya.
"Ma, badan Lio panas banget."
"Lean, bantu Mama dudukkan Liora." Leander mengangguk lalu menegakkan tubuh adiknya, "kalian tolong ambilin air dingin sama kain kompresan." suruhnya pada anggota PMR di situ.
"Liora harus segera diantar ke rumah sakit," ucap Bu Asri cepat.
Alrine menatap guru itu tajam, "anak saya bisa meninggal karena pendarahan sebelum tiba di rumah sakit!" ucapnya dingin membuat guru itu diam seribu bahasa, "saya dokter, saya tahu apa yang harus dilakukan."
"Ibu diem deh, gara-gara ibu juga ini!" sinis Dilla pada guru BKnya yang menyebalkan.
Tatapan seluruh orang di situ tertuju pada Bu Asri.
Tak lama anggota PMR itu datang membawa barang yang diperlukan, "Ini dok," Alrine langsung mencelupkan kain itu ke dalam air dingin. Lalu menaruh kain kompresan itu di pangkal hidung Liora.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]
Teen FictionLeander dan Liora Antares adalah kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Putra-putri dari keluarga kaya, dikelilingi oleh orangtua serta keluarga besar yang menyayangi mereka, tampak sempurna bagi orang yang melihat. Sedikit yang tahu termasuk m...